BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pengadaan
sumber belajar dimaksudkan untuk mempermudah para pengguna (pendidik dan
peserta didik) untuk memenuhi segala kebutuhan belajarnya. Baik itu berupa suatu lokasi, benda, maupun manusia.
Entah yang sengaja dirancang (by design)
dan diadakan untuk menunjang proses belajar
mengajar maupun yang memang sudah ada (by
utilitation) dan dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran. Namun, semua sumber belajar itu tidak lantas
dibiarkan dan digunakan begitu saja. Tentu harus dikelola dengan sistem
manajemen oleh orang-orang yang bersangkutan yang terbagi dalam beberapa sub
komponen suatu organisasi sumber belajar. Adanya pengelolaan dimaksudkan agar
nantinya sumber belajar dapat berfungsi secara optimal.
Dalam
mengelola sumber belajar tentulah terdapat prinsip-prinsip yang menjadi patokan
bagi para pengelola sumber belajar. Prinsip-prinsip
tersebut yang harus dipegang oleh para pengelola sumber belajar dalam setiap sub-sub komponen organisasi
sumber belajar agar para pengguna (user)
merasa puas atas pelayanan yang diberikan oleh pengelola sumber belajar.
Pengguna akan merasa puas karena telah mendapatkan apa yang ia butuhkan melalui
pelayanan prima yang diberikan pengelola. Jadi, prinsip-prinsip yang digunakan
dalam konteks manajemen sumber belajar haruslah yang mengacu pada pengeluaran
yang akan sampai kepada pengguna atau dengan kata lain berorientasi kepada
kenyamanan pengguna. Baik itu mengenai kemudahan dalam mengakses informasi,
kenyamanan saat menggunakan sumber belajar, serta kepuasan yang akan dirasakan pengguna terhadap pelayanan yang
diberikan. Maka dari itu, prinsip-prinsip yang digunakan akan lebih baik jika
disesuaikan dengan karakteristik umum para penggunanya dan juga faktor-faktor
lain yang berhubungan langsung dengan kenyamanan para penggunanya.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa saja sub-sub
komponen yang terdapat dalam manajemen organisasi sumber belajar?
2.
Bagaimana
prinsip-prinsip manajemen sistem informasi dalam organisasi sumber belajar?
3.
Bagaimana
prinsip-prinsip pelayanan dalam organisasi sumber belajar?
4.
Bagaimana
prinsip-prinsip manajemen pengembangan intruksional dalam organisasi sumber belajar?
5.
Bagaimana
prinsip-prinsip manajemen produksi dalam organisasi sumber belajar?
C.
Tujuan
1. Mengetahui
sub-komponen yang ada dalam manajemen organisasi sumber belajar.
2. Mengetahui
prinsip-prinsip manajemen sisitem informasi dalam organisasi sumber belajar.
3. Mengetahui
prinsip-prinsip manajemen pelayanan dalam organisasi sumber belajar.
4. Mengetahui
prinsip-prinsip manajemen pengembangan instruksional dalam organisasi sumber
belajar.
5. Mengetahui
prinsip-prinsip manajemen produksi dalam organisasi sumber belajar.
BAB
II
PEMBAHASAN
Di
dalam organisasi sumber belajar atau lembaga sumber belajar ada beberapa sub
komponen organisasi atau unit yang perlu ada dan perlu dikelola dengan baik
agar organisasi sumber belajar tersebut dapat berfungsi secara optimal. Adapun
sub komponen organisasi sumber belajar tersebut meliputi: unit sistem
informasi, unit pelayanan, unit pengembangan instruksional, dan unit produksi.
Dalam masing-masing sub komponen tersebut memiliki prinsip-prinsip yang
digunakan sebagai acuan atau pedoman. Berikut akan dijelaskan prinsip manajemen
dari masing-masing sub komponen.
A.
Manajemen
Sistem Informasi
Manajemen
sistem informasi dapat dipahami sebagai sistem yang didesain yang mengandung
sekumpulan informasi untuk kebutuhan manajemen dalam upaya mendukung
fungsi-fungsi dan aktivitas manajemen pada suatu organisasi, dalam rangka
menunjang tercapainya sasaran dan tujuan fungsi-fungsi operasional organisasi.
(sumber bacaan: makalah MSIP Wahyu Widyaningsih)
Hal
di atas mengandung arti bahwa manajemen sistem informasi memiliki peranan yang
cukup penting dalam organisasi sumber belajar, karena mengandung
informasi-informasi yang bermanfaat. Dalam organisasi kesekolahan atau pada
lembaga-lembaga pendidikan pada umumnya, informasi yang bermanfaat adalah yang
banyak mendukung tugas-tugas lembaga tersebut (Ali Muhtadi.2005:78).
Dalam
organisasi pusat sumber belajar, pengelolaan informasi menjadi garapan utama
untuk kepentingan peningkatan kualitas manusia pada umumnya. Melalui penyebaran
informasi oleh lembaga atau pusat sumber belajar tsb, diharapkan kebebasan
menerima informasi untuk masyarakat luas dapat terlaksana.
Namun,
sebelum membahas tentang prinsip-prinsip manajemen sistem informasi organisasi
sumber belajar, terlebih dahulu Kita bahas tentang manajemen organisasi.
Manajemen
organisasi adalah suatu kepengurusan atau seni memimpin dari seorang manajer
yang ditujukan kepada sekumpulan orang-orang yang terkoordinir dalam suatu
organisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Dari definisi tersebut, manajemen
bisa diartikan sebagai pengelolaan staff atau komponen organisasi untuk
menjalankan fungsi organisasi sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai (Ali Muhtadi. 2005:79). Jika ini dikaitkan dengan
manajemen organisasi sumber belajar bisa diartikan bahwa manajemen dalam
organisasi sumber belajar merupakan kegiatan mengelola semua komponen mulai
dari personalia (staff) sampai pada program dalam sebuah organisasi sumber
belajar, dalam rangka untuk mencapai tujuan.
Dalam
setiap organisasi perlu memberikan desiminasi
informasi, begitu juga organisasi sumber belajar perlu memberikan desiminasi informasi tentang jasa
layanan yang dilakukannya. Oleh karena, itu di dalam organisasi sumber belajar
atau lebih dikenal dengan pusat sumber belajar pasti ada sistem informasi.
Sistem informasi yang digunakan dalam organisasi sumber belajar biasanya
bersifat terbuka. Sistem informasi tersebut digolongkan menjadi dua, yakni:
1. Informasi Keluar
Lembaga Sumber Belajar, yaitu informasi yang
ditujukan kepada mahasiswa, dosen, ketua dan
staff pusat, lembaga dalam perguruan tinggi setempat atau sekolah lain
yang membutuhkan, misalnya sekolah pendidikan guru (Ali Muhtadi.2005:79). Informasi keluar merupakan proses komunikasi yang
dibuat untuk mengumumkan seluruh kegiatan pelayanan, latihan, produksi,
penyediaan, konsultasi dan kemudian disampaikan oleh bagian informasi.
Di dalam informasi
keluar, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Sesuai
dengan perencanaan pusat sumber belajar
b. Mudah
dimengerti oleh klien yang bervariasi yang ingin dijangkau
c. Usahakan
agar dapat memuaskan klien
d. Membina
hubungan dengan klien secara berkesinambungan
e. Materi
informasi hendaknya yang sangat berguna bagi klien dan berkaitan dengan program
evaluasi pusat sumber belajar
f. Tidak
akan mengikat klien dalam hal kebebasan, kehendak, waktu atau tempat (Ali
Muhtadi. 2005:80)
2.
Informasi
di dalam Lembaga Sumber Belajar.
Informasi
di dalam berupa informasi yang diberikan kepada klien yang sedang berada di
dalam lembaga sumber belajar. Informasi di dalam lembaga sumber belajar
biasanya berupa katalog yang berfungsi untuk mencari judul, pengarang,
produser, lokasi, isi singkat buku atau program media (Ali Muhtadi. 2005:80).
Dari
kedua sistem informasi di atas, maka bisa Kita ambil salah satu contoh manajemen
sistem informasi lembaga sumber belajar. Salah satu contohnya adalah perpustakaan. Berikut penjelasannya.
a.) Peran
perpustakaan sebagai organisasi sumber
belajar
Perpustakaan
sebagai pusat informasi dan sumber daya yang memberi manfaat, memiliki dua
tugas, yakni:
1. Tugas
Ilmiah, yaitu menyimpan dan mengembangkan ilmu pengetahuan/ hasil budaya
manusia.
2. Tugas
sosial, yaitu melayani siapa saja yang membutuhkan bahan yang bersumber dari
perpustakaan
Selain
memiliki tugas, perpustakaan juga memiliki fungsi. Menurut Anggani Sudono dalam
bukunya yang berjudul Sumber Belajar dan
Alat Permainan (2000:12) perpustakaan memiliki fungsi sebagai “jantung
sekolah”, karena di dalamnya berisi berbagai informasi yang dapat membantu
setiap orang yang menggunakannya untuk mengembangkan diri.
Adapun fungsi dari perpustakaan menurut
Supriyanto dan Suradi (Ali Muhtadi. 2005:81-82) adalah:
1. Fungsi Informasi
Perpustakaan berfungsi
sebagai tempat memberikan informasi bagi pengunjung (masyarakat). Bagi anggota masyarakat yang memerlukan
informasi dapat memintanya ataupun menanyakannya ke perpustakaan. Informasi yang
diminta dapat berupa informasi mengenai tugas sehari-hari, pelajaran maupun
informasi lainnya.
2. Fungsi Edukatif ( Pendidikan)
Perpustakaan merupakan sarana pendidikan nonformal (perpustakaan umum)
dan informal (perpustakaan perguruan tinggi dan
perpustakaan sekolah), artinya
perputakaan merupakan tempat belajar di luar bangku sekolah maupun tempat belajar
dalam lingkungan pendidikan sekolah.
3. Fungsi Rekreasi
Masyarakat dapat menikmati rekreasi kultur dengan cara membaca bacaan
yang disedakan oleh perpustakaan. Misalnya dengan membaca novel,cerita rakyat,
dan lain-lain.
4. Fungsi Kultural
Perpustakaan merupakan tempat untuk mendidik dan mengembangkan
apreasiasi budaya masyarakat. Fungsi ini dapat dilakukan dengan cara
menyelanggarakan pameran, ceramah, pertunjukan kesenian, pemutaraan film bahkan
bercerita untuk anak-anak.
b.) Manajemen
Informasi Perpustakaan
Perpustakaan merupakan suatu unit kerja yang menyelenggarakan pengumpulan,
penyimpanan, dan pemeliharaan berbagai jenis bahan pustaka yang dikelolah
secara sistematik untuk digunakan sebagai sumber informasi bagi pemakainya.
Adapun pengelolaan bahan pustaka perpustakaan
dapat dijelaskan sebagai berikut:
PENGELOLAAN BAHAN
PUSTAKA
Tujuan pengelolaan koleksi buku atau bukan buku dalam suatu
perpustakaan adalah agar supaya segala informasi tentang bahan pustaka atau
bahan lainnya yang ada di perpustakaan dikumpulkan menurut suatu sistem
tertentu dan diikelola secara tepat. Ini berfungsi
untuk mempermudah pemakai dalam mendapatkan informasi. Dalam ilmu perpustakaan, sistem
pengelolaan itu disebut katalogisasi.
Katalogisasi adalah suatu proses dalam mempersiapkan data blibiografis
yang akan menjadi tajuk pada suatu katalog. Kegiatan mempersiapkan entri
katalog disebut dengan kegiatan pengkatalogan atau katalogisasi (Ali Muhtadi.2005:83).
Tujuan
katalogisasi, yaitu :
a) Mencatat semua informasi penting dari suatu
buku atau bahan bukan buku untuk membedakannya dengan buku atau bahan bukan
buku lainnya.
b) Untuk mempermudah penelusuran buku atau bahan
bukan buku yang diperlukan sehingga dengan mudah ditemukan di antara koleksi
perpustakaan.
Fungsi katalog perpustakaan adalah :
a)
Memudahkan penemuan kembali bahan pustaka yang telah disimpan melalui akses
pengarang, judul atau subyek.
b)
Menunjukan kepada pengguna koleksi yang ada di perpustakaan.
c)
Membantu pengguna dalam memilih koleksi yang cocok.
Bentuk katalog ada beberapa macam :
a)
Katalog Bentuk Kartu
Katalog jenis ini masih banyak digunakan, karena kartu ini tergolong
murah dan dapat dengan mudah disisipkan atau dipindahkan atau disusun kembali
sesuai dengan pertambahan dan perkembangan perpustakaan.
b)
Katalog Bentuk Buku
Katalok jenis ini relatif mahal. Bahan-bahan koleksi yang baru tidak
dapat ditambahkan, kecuali dibuatkan buku suplemen untuk penambahan
tersebut.
Susunan kartu katalog ada tiga macam, yaitu :
a)
Dictionary catalog : yaitu
katalog yang disusun menurut abjad pengarang, judul dan subyek dalam satu
susunan.
b)
Divided catalog: katalog yang disusun atas pengklasifikasian
jenis.
c)
Classified catalog: merupakan
suatu sistem katalog yang disusun menurut suatu bagian klasifikasi tertentu.
Tahap katalogisasi mencakup dua hal :
(1) Katalogisasi subyek adalah tahap penentuan
subyek utama sebuah bahan pustaka.
(2) Katalogisasi deskriptif berarti menyediakan
informasi blibiografis pada berkas katalog (Ali Muhtadi.2005:84-85).
B.
Prinsip-Prinsip
Manajemen Pelayanan
Pelayanan
pusat sumber belajar adalah suatu kegiatan penyelesaian, pengadaan, pembinaan
koleksi, serta pengaturan dan penyampaian bahan pustaka kepada pengunjung/ pemakai
perpustakaan.
Unsur-unsur
yang menyebabkan terjadinya suatu pelayanan adalah sebagai berikut:
a) Koleksi,
dibina untuk dilayankan, bukan untuk hiasan atau pajangan, bagaimana
pengembangannya serta pengaturannya.
b) Fasilitas,
bagaimana ragam layanan, sistem, aturan layanan, lokasi penempatan gedung.
c) Pelayanan/
petugas, sebagai penghubung dapat berupa seorang ahli, teknisi, ataupun
membantu teknisi.
d) Pemakai,
perorangan yang memanfaatkan layanan, dapat seorang ahli, pelajar, mahasiswa,
atau umum.
Bila salah satu dari unsur-unsur di
atas tidak ada atau hanya dilakukan setengah-setengah, maka pelayanan tidak
akan tercipta seperti yang dikehendaki atau tidak sesuai dengan tujuan. Ada
tiga prinsip pelayanan, antara lain:
1) Mudah
dimengerti
Menggunakan cara yang
mudah dimengerti oleh pengunjung/ pemakai maupun oleh petugas itu sendiri.
2) Efisien
dan ekonomis
Menggunakan peralatan
atau bahan-bahan pelengkap dengan jumlah macam yang sedikit tetapi dapat
mengoptimalkan fungsi/ manfaatnya.
3) Kelambatan
yang minimal
Mengusahakan tidak
adanya kelambatan dalam melayani pemakai. Jika ada penyebab yang menimbulkan
kelambatan, maka diminimalisir.
Di
dalam manajemen pelayanan, ada beberapa macam pelayanan yaitu:
a.
Pelayanan
Sirkulasi
Layanan sirkulasi atau layanan
peminjaman dan pengembalian bahan pustaka adalah satu kegiatan di perpustakaan
yang melayani peminjaman dan pengembalian buku. Kegiatan sirkulasi dapat
dilaksanakan sesudah buku-buku selesai diproses lengkap dengan label-labelnya
seperti kartu buku, kartu tanggal kembali, kantong kartu buku, dan call number
pada punggung buku.
Pada
pelayanan sirkulasi terdapat beberapa hal pokok yang harus diperhatikan ialah
(Mudhofir,1986:69-70):
1. Peraturan,
persyaratan, tata tertib (tertulis atau tidak tertulis)
Dibuat untuk
melancarkan hubungan antara petugas dan pemakai sehingga tujuan pelayanan
sirkulasi dapat tercapai. Contohnya menentukan jam buka, sangsi keterlambatan,
siapa pemakainya, dll.
2. Keanggotaan
, pendaftaran (registrasi)
Untuk mengetahui
identitas anggota, alamat, dan profil anggota
3. Macam
pelayanan peminjaman
a. Sistem
peminjaman
b. Peminjaman
dan pengembalian
c. Perpanjangan
d. Pesanan
4. Surat
teguran
Untuk mendapatkan
kembali bahan-bahan yang terlambat dikembalikan
5. Sanksi
terlambat
a. Denda
b. Scorsing:
penundaan sementara
6. Daftar
peminjam yang tidak patuh
7. Statistik
harian, bulanan dan tahunan
8. Pemeliharaan
koleksi
a. Shelving :
penyusunan buku dalam rak
b. Shelf reading
(membaca rak): ketetapan buku tersebut dalam rak (susunannya)
c. Penampilan
fisik buku
d. Penggeseran
dan pemotongan : terjadi kalau koleksi bertambah
e. Penataan
ruangan
9. Penyiangan
dan peremajaan koleksi
10. Inventarisasi
dan laporan
Pada
hakekatnya, pelayanan sirkulasi memiliki fungsi sebagai berikut:
a.
Informasi
Memberikan
jawaban atas pertanyaan–pertanyaan tentang informasi
yang dibutuhkan oleh para pemakai perpustakaan.
b.
Bimbingan
Memberikan
bimbingan kepada pemakai untuk menemukan bahan pustaka dalam koleksi referensi yang tepat sesuai dengan
bidang
masing-masing serta penggunaannya dalam menemukan
informasi yang dikehendaki.
c.
Pemilihan/ Penilaian
Memberikan
petunjuk tentang bagaimana cara memilih/ menilai bahan pustaka yang bermutu dan berbobot ilmiah agar diperoleh
sumber informasi yang berdaya
guna maksimal. (Sumber:
http://pemasaran.wikispaces.com/file/view/LAYANAN+REFERENSI.pdf
)
Dalam
pelayanan sirkulasi terdapat beberapa point yang penting untuk dibahas, yakni:
1.)
Sistem
Pelayanan Sirkulasi
a)
Sistem terbuka (Open Access)
Sistem
terbuka ini adalah sistem pelayanan yang memungkinkan pemakai masuk ke ruang
koleksi untuk memilih dan mengambil sendiri buku yang diinginkan dari rak
koleksi perpustakaan. Dengan kata lain pengunjung dan pemakai
dapat secara langsung menemukan buku dan media bukan buku pada lokasinya.
Melihat, mencari, serta mengambil sendiri bahan pustaka, atau peralatan yang
diperlukan dari rak buku dan rak peralatan (Mudhofir.1986:70). Menurut Rahayu dan Etik (Ali Muhtadi. 2005:87) sistem
terbuka memiliki kelebihan dan kelemahan, yaitu:
Kelebihan:
(1) Menghemat tenaga petugas karena pemakai bisa mengambil bukunya sendiri dari
rak perpustakaan, (2) memberikan kepuasan kepada pemakai karena bisa memilih
buku sesuai yang diinginkan secara langsung, (3) memungkinkan memilih judul
lain yang sesuai (relevan) apabila tidak menemukan buku yang dicari, (4) mengurangi
kemungkinan terjadinya salah paham antara petugas dan pemakai, (5) kelancaran
dalam pelayanan.
Kelemahan: (1) memerlukan tenaga
ekstra untuk mengembalikan dan membetulkan kembali buku yang telah selesai dipinjam
atau yang salah letak ke raknya semula, (2) Buku akan lebih cepat rusak karena
sering dipegang, (3) memerlukan ruangan yang lebih luas untuk pengaturan rak
agar pemakai leluasa dalam memilih buku, (4) Susunan buku di rak menjadi mudah
rusak, (5) membutuhkan banyak petugas.
b)
Sistem tertutup (Closed Access)
Sistem
tertutup adalah sistem pelayanan perpustakaan yang tidak memungkinkan pemakai
mengambil sendiri bahan pustaka yang diinginkan dan dibutuhkannya. Petugas
menolong mengambil bahan atau pustaka. Sistem ini juga memiliki kelemahan dan
kelebihan.
Keuntungan: (1) Susunan buku atau peralatan
dalam rak terpelihara, (2) mudah mengadakan kontrol dan pengawasan, (3) kehilangan
dapat ditekan, (4) petugas sedikit, (5) pengambilan dapat seketika.
Kelemahan: (1) petugas banyak
mengeluarkan energi untuk melayani peminjaman, (2) prosedur peminjaman tidak
bisa cepat (harus menunggu giliran dilayani bila antrian panjang), (3) sejumlah
buku tidak pernah disentuh atau dipinjam, (4) peminjam sering tidak puas
apabila buku yang dipinjam tidak sesuai dengan yang dikehendaki, (5) katalog
perpustakaan sering tidak lengkap dan tidak up
to date, (6) rangsangan memilih tidak ada.
2.)
Pelayanan
Sirkulasi Berbasis Komputer
Semakin
kompleksnya penggunaan teknologi, khususnya
komputer di bidang manajemen pelayanan, maka hadirnya komputerisasi sangat
diperlukan atau sering juga disebut sebagai otomasi.
Komputerisasi disini dimaksudkan bahwa hampir
setiap kegiatan dalam suatu organisasi atau manajemen, memanfaatkan fasilitas
komputer dalam melaksanakan setiap tugas manajemen tersebut. Adapun persyaratan
otomasi, yaitu 1) Sumber Daya Manusia
(Brainwave), 2) Perangkat Keras (hardware), 3) Perangkat
Lunak (software), 4) Data. Otomasi juga bisa digunakan untuk penelusuran informasi,
artinya dapat memberikan kemudahan dalam menemukan kembali sebuah bahan pustaka
yang diketahui berdasarkan pengarang, judul, penerbit, tahun pembuatan, dan
sebagainya. Namun, pada umumnya perpustakaan masih menggunakan cara-cara yang
manual sehingga membuang waktu dan tenaga. Dengan adanya otomasi di dalam pelayanan
perpustakaan seperti sekarang diharapkan dapat membantu memperlancar pelayanan
perpustakaan.
b.
Pelayanan
Referensi
Merupakan
suatu kegiatan pelayanan untuk membantu pengguna perpustakaan menemukan
informasi dengan cara menjawab pertanyaan dengan menggunakan koleksi referensi,
serta memberikan bimbingan untuk menemukan dan memakai koleksi referensi. Adapun
tujuan pelayanan referensi menurut Marsudi dan Octavia (Ali Muhtadi.2005:90)
adalah sebagai berikut:
(1) Memungkinkan
pengguna perpustakaan menemukan informasi dengan cepat dan tepat.
(2) Memungkinkan
pengguna menelusuri informasi dengan pilihan yang lebih luas.
(3) Memungkinkan
pengguna menggunakan koleksi referensi dengan lebih tepat guna.
Fungsi
dari pelayanan referensi antara lain:
(1) Fungsi
Supervisi/ pengawasan
Untuk menciptakan
layanan referensi yang praktis dan efisien perlu memperhatikan: (a) pengaturan
fasilitas, (b) pemilihan bahan-bahan, (c) pengarahan tenaga petugas, (d) mempelajari
pemakai.
(2) Fungsi
Informasi
Memberikan jawaban
singkat atau penelusuran informasi yang luas sesuai bahan-bahan yang dibutuhkan
dengan cara menjelaskan sumber-sumber yang tepat dan relevan.
(3) Fungsi
Bimbingan
Memberikan rekomendasi
bahan-bahan yang sesuai dengan suatu subjek belajar yang dibutuhkan.
(4) Fungsi
Petunjuk
(a) Pendidikan
perpustakaan tidak formal, yaitu mendidik setiap pembaca untuk menggunakan
secara efektif dan efisien setiap fasilitas dan sumber-sumber referensi.
(b) Pendidikan
perpustakaan formal. Diselenggarakan di sekolah-sekolah, kelompok, atau
organisasi, yaitu dengan memberikan pengetahuan tentang cara menggunakan
perpustakaan dengan baik dan benar.
(5) Fungsi
Bibliografi
Menyusun bibliografi untuk
berbagai tujuan antara lain: vertical
file, promosi, kertas kerja, serta bantuan bagi penelitian.
(6) Fungsi
Menilai
Sumber referensi harus
dinilai secara tersendiri sesuai dengan kepentingan penggunaan masing-masing (Ali
Muhtadi.2005:92).
Macam-macam pelayanan referensi
menurut Marsudi dan Octavia (Ali Muhtadi.2005:92), yaitu:
1) Pelayanan
referensi pokok
a)
Memberikan informasi
yang bersifat umum, baik mengenai perpustakaan yang bersangkutan pada umumnya
maupun pada khususnya mengenai unit pelayanan referensinya.
b)
Memberikan informasi
yang bersifat khusus, yang untuk itu diperlukan bahan pustaka
koleksi referensi yang ada di perpustakaan yang bersangkutan dan bahkan di
perpustakaan lain.
c)
Memberikan bantuan
untuk menelusur bahan pustaka.
d)
Memberikan bimbingan penggunaan
koleksi referensi.
2) Pelayanan
referensi penunjang
a)
Memberikan informasi
mengenai penggunaan alat-alat penelusuran koleksi.
b)
Menyelenggarakan
pameran koleksi perpustakaan, terutama untuk memperkenalkan bahan pustaka yang
baru diterima.
c)
Mengorganisasi koleksi
referensi dengan baik sehingga mudah digunakan.
d)
Mencatat dan
mengumpulkan data (statistik) kegiatan pelayanan referensi.
e)
Mengadakan kerjasama
dengan perpustakaan atau jasa informasi lain dalam bidang penggunaan informasi.
3) Pelayanan
informasi
a)
Mengadakan
edaran-edaran tentang peraturan perpustakaan.
b)
Memberikan
petunjuk-petunjuk tentang bagaimana menggunakan katalog perpustakaan.
c)
Mengedarkan daftar buku
baru.
d)
Menyebarkan
brosur-brosur tentang perpustakaan yang bersangkutan.
4) Layanan-layanan
khusus
Kegiatan
layanan yang dimaksud adalah kegiatan pengadaan, pengaturan, pengoperasian,
pemeliharaan, dan penyampaian berbagai sumber belajar kepada pemakai, termasuk
pelayanan khusus ini antara lain pelayanan kunjungan dan pelayanan
sebaik-baiknya kepada pengguna.
Pelayanan
organisasi sumber belajar dapat dilakukan di dalam dan di luar. Pelayanan di dalam maksudnya pelayanan yang diberikan
kepada pengguna yang datang ke pusat sumber belajar untuk mendapatkan sejumlah
informasi atau berinteraksi dengan berbagai sumber belajar sesuai dengan
kebutuhan dan tujuan mereka. Sedangkan pelayanan di luar maksudnya pelayanan
yang diberikan kepada mayarakat di semua lapisan, baik di luar maupun di dalam gedung pusat sumber belajar. Bentuk kegiatan yang
diadakan misalnya pameran peralatan audio visual, penerbitan buletin, dan
sebagainya.
C.
Prinsip-Prinsip
Manajemen Pengembangan Instruksional
Pengembangan instruksional
merupakan cara yang sistematis dalam mengidentifikasikan, mengembangkan dan
mengevaluasi seperangkat materi dan strategi yang diarahkan untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Hasil akhir dari pengembangan instruksional ini
adalah suatu sistem instruksional yaitu
mengembangkan secara empirik yang secara konsisten telah dapat mencapai tujuan
instruksional tertentu.
Pengembangan instruksional yang
bekerja pada pusat sumber belajar hendaknya memiliki kompetensi dalam bidang
ini dan telah memperoleh pendidikan dan latihan khusus, memiliki pengalaman
yang cukup, pengetahuan yang luas, penampilan yang menyakinkan, dan menguasai
bidang evaluasi. Prinsip-prinsip kompetensi yang
harus dimiliki pengembang instruksional secara garis besar menurut Mudhoffir
adalah (Ali Muhtadi.2005: 95-96) :
a.
Mampu
memilih proyek untuk pengembangan instruksional.
Pengembangan instruksional harus dapat membuat situasi
dimana segala macam situasi yang dibutuhkan tersedia sehingga keputusan untuk
pemilihan pengembangan instruksional menjadi sangat rasional dan relevan
sekalipun permintaan akan kebutuhan pengembangan instruksional tersebut sangat
spesifik.
Kesesuaian proyek pengembangan instruksional adalah
tergantung kepada kesesuaian konteks informasi yang relevan.
b.
Mampu
menggali penjajagan kebutuhan.
Dalam menggali (needs
assessment) diperlukan konsep sebagai berikut :
(1) Menyusun strategi,
(2) Membedakan antara kebutuhan belajar non
instruksional, (3) membuat sarana untuk keperluan penjajagan kebutuhan (needs assessment) seperti quesioner, angket, dll., (4) Menjelaskan berbagai macam prosedur penjajagan
kebutuhan seperti pemilihan pengambilan sampel dari populasi, pemilihan metode
survai berikut sarananya, perencanaan analisis data, dsb.
(5) Dapat memberikan alternatif pemecahan masalah
belajar setelah diberikan data tentang berbagai macam kebutuhan
belajar dan penampilan, (6) memilih sarana dan prosedur penjajagan kebutuhan
dengan tepat dan dapat memberikan alasan pemilihan tersebut,
(7) mengembangkan perencanaan penjajagan kebutuhan,
(8) melaksanakan penjajagan kebutuhan.
c.
Mampu
menjajagi karakteristik siswa
Dalam menjajagi karakteristik siswa diperlukan hal
sebagai berikut :
1. Menerangkan karakteristik siswa yang mungkin
mempengaruhi proyek pengembangan instruksional.
2. Menetukan metode dan sarana untuk menjajagi karakteristik siswa
3. Dapat menjajagi dan menerangkan landasan pengetahuan
atau keterampilan
apa yang telah dimiliki oleh siswa, apa yang masih harus dikuasai sebelum
mempelajari sesuatu ( prerequisite),
dan bagaimana minatnya.
4. mengidentifikasikan karakteristik siswa yang relevan
dan metode apa yang tepat untuk penjajagannya.
5. menjajagi karakteristik siswa yang relevan yang akan
menjadi target audience untuk diajar
dan dilatih.
6. menilai apakah penjajagan tersebut sudah tepat dan
komperhensif.
d.
Mampu
menganalisa jenjang pekerjaan dan tugas serta isinya
1. Mampu menjelaskan teknik analisisnya.
2. Dapat memilih prosedur analisisnya dan memberikan alasan
pemilihannya.
3. menganalisa jenjang pekerjaan dan tugas serta isi dari
tugas tersebut.
4. menilai apakah analisi tersebut komprehensif dan
sesuai
e.
Mampu
menyebutkan hasil belajar siswa
1. Mampu menjelaskan teknik untuk menulis hasil belajar
siswa
2. Mampu meneyebutkan tujuan khusus, hasil belajar, kegiatan
siswa, kegiatan pengajar, dan tujuan sekolah atau lembaga atau jurusan
3. memilih prosedur dalam menyebutkan tujuan khusus dan berikan
alasannya
4. memilih pernyataan tentang hasil belajar siswa.
f. Mampu menganalisa
karakteristik setting
1. Mampu menjelaskan kategori informasi tentang setting yang mungkin
mempengaruhi proyek pembangunan
instruksional
2. Mampu menjelaskan metode dan teknik penjajagan
sumber-sumber yang
relevan dan hambatannya dalam suatu setting
3. memilih kategori informasi yang sesuai dan metode
penjajagan untuk menganalisa setting
dan memberikan alasan pemilihan tersebut.
g. Mampu
mengurutkan hasil belajar
1. Mampu menjelaskan prosedur pengurutan hasil belajar
2. memilih prosedur pengurutan hasil belajar dan
memberikan alasan pemilihan tersebut
3. mengurutkan hasil belajar yang telah diketahui.
4. menguji ketepatan, kelengkapan dan kesesuaian
urutannya.
h.
Mampu
menspesifikasikan strategi instruksional
1. Mampu mendefinisikan apa yang dimaksud dengan strategi
instruksional
2. Mampu menjelaskan kriteria yang digunakan untuk menspesifikasikan
strategi instruksional yang tepat
3. memilih strategi instruksional, dan berikan alasan
pemilihan tersebut
4. memutuskan strategi instruksional yang sudah spesifik
i.
Mampu
mengurutkan kegiatan instruksional
1. Mampu mendefinisikan apa yang dimaksud dengan kegiatan
instruksional
2. Mampu membedakan antara kesiapan mengajar dan kegiatan mengajar.
3. Mampu menjelaskan prosedur pengurutan kegiatan
instruksional.
4. menyusun urutan kegiatan instruksional yang benar dan
alasannya.
j.
Mampu
memilih sumber belajar
1. Mampu mendefinisikan apa yang dimaksud dengan sumber
belajar.
2. Mampu menjelaskan perbedaan antara karakteristik bahan
dan peralatan instruksional, misalnya film, buku teks, slide, dll.
3. Mampu menjelaskan perbedaan karakteristik
teknik-teknik instruksional seperti ceramah, diskusi, belajar mandiri, dll.
k.
Mampu
menciptakan spesifikasi kegiatan instruksional
1. Mampu menjelaskan konsepsi spesifikasi kegiatan
instruksional.
2. Mampu mengidentifikasi informasi dan kemungkinan
bentuk yang seharusnya dilibatkan dalam spesifikasi kegiatan instruksional.
3. Mampu mengidentifikasikan pernyataan-pernyataan heuristic yang dapat dilaksanakan dalam
menciptakan spesifikasi kegiatan instruksional.
l.
Mampu
mencari bahan instruksional
1. Mampu memberikan alasan untuk mencari bahan
instruksional.
2. Mampu menjelaskan bagaimana menempatkan bahan
instruksional dalam suatu proyek pengembangan instruksional.
3. memilih kriteria dan prosedur untuk mengevaluasi,
serta memilih bahan materi dan rasional pemilihannya.
m. Mampu mempersiapkan
spesifikasi bahan untuk diproduksi, dengan
memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) mampu
mendefinisikan apa yang dimaksud dengan spesifikasi produk,
(2) memilih spesifikasi produksi yang sesuai dan alasan
pemilihannya, (3) menilai ketepatan spesifikasinya, kelengkapan, dan kesesuaiannya,
(4)menilai apakah produk tersebut sudah konsisten dengan
spesifikasinya.
n.
Mampu
mengevaluasi instruksional atau latihan
1. Mampu mendefinisikan apa yang dimaksud dengan evaluasi
formatif, evaluasi sumatif, evaluasi tindak lanjut, penilaian berdasarkan acuan
norma, dan penilaian berdasar acuan kriteria.
2. Mampu memberikan penjelasan tentang metodologi
evaluasi kualitatif dan kuantitatif.
3. Mampu memberikan penjelasan teknik penilaian untuk
menjajagi apakah tujuan sudah dicapai oleh siswa seperti tes, kuesioner,
simulasi, dan sebagainya dengan alasan masing-masing.
o.
Mampu
menentukan sistem pengelolaan suatu kursus, latihan atau lokakarya
1.
Mampu menjelaskan
komponen-komponen suatu sistem pengelolaan suatu kursus, latihan, atau
lokakarya.
2.
menilai
kelengkapan dan kesesuaian sistem pengelolaan tersebut.
3.
memilih
komponen-komponen perencanaan proyek.(Mudhoffir.
1986:80-89).
Menurut Syihabuddin
Qalyubi, dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar
Ilmu Perpustakaan dan Informasi, menyatakan bahwa dalam pengembangan
instruksional terdapat 5 prinsip, yakni:
a)
Analisis tugas.
b)
Menyiapkan tujuan dan
tes.
c)
Memperbaiki dan menyusun
tujuan, memilih media, mendesain dan menyiapkan bahan.
d) Menguji
bahan pelajaran dan mengadakan perbaikan seperlunya pada isi pelajaran dan
media.
e)
Menyajikan latihan
D.
Prinsip-Prinsip
Manajemen Produksi
Pengelolaan
produksi berkaitan dengan materi atau bahan yang menjadi program instruksional.
Ada 3 tahap pengelolaan produksi yaitu:
1. Mengidentifikasi
dan menganalisa masalah komunikasi
2. Merancang
dan memproduksi pesan
3. Mengadministrasikan
fasilitas dan personalia produksi media
Hasil
produksi tergantung kepada beberapa hal seperti:
1. Produser
perorangan (produksi yang hanya dilakukan oleh satu orang)
tanpa menggunakan pengembangan instruksional.
2. Produser
perorangan yang menggunakan pengembangan instruksional.
3. Satu
unit produksi (yang dikerjakan oleh beberapa orang) tanpa menggunakan
pengembangan instruksional.
4. Satu
Unit produksi yang menggunakan pengembangan instruksional (Ali Muhtadi.2005:
97)
Ciri –ciri produksi yang dapat
dijadikan sebagai prinsip manajemen produksi, adalah sebagai berikut :
1. Didasarkan
pada suatu informasi , intruksional, atau kebutuhan akan kombinasi yang
merupakan penjabaran suatu ide yang dituangkan dalam format yang sesuai
sehingga menghasilkan produk fisik yang dilengkapi penjelasan implikasi,
evaluasi, penyebaran, dan kegunaanya.
2. Memiliki
ciri–ciri khusus dan asli (tidak merupakan jiplakan) dikerjakan bersama, baik
oleh pengembang instruksional maupun oleh ahli media .
3. Keterampilan
merancang oleh pengembang instruksional dan keterampilan
memproduksi oleh ahli media harus nampak benar, baik secara horizontal
(pengalaman memproduksi) maupun vertikal (tingkat kekompakan dan kesulitan
materi)
4. Dibutuhkan
ukuran yang berbeda dalam menilai isi program maupun produk fisiknya.
5. Mempertimbangkan
kualitas produk yang dihasilkan, apakah sesuai dengan kebutuhan belajar atau
tidak.
BAB
III
PENUTUP
Dalam
organisasi sumber belajar terdapat sub-komponen yang terdiri atas unit sistem
informasi, unit pelayanan, unit pengembangan instruksional, dan unit produksi.
Dari keempat sub-komponen tersebut memiliki prinsip-prinsip manajemen yang
berfungsi sebagai acuan dalam pelaksanaan untuk memanajemen masing-masing
komponen.
Dari
pembahasan di atas menjelaskan bahwa pada hakekatnya prinsip yang dipakai dalam
masing-masing sub komponen tersebut adalah sama. Namun, arah dari prinsip
tersebut berbeda. Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai oleh masing-masing
sub komponen.
Inti
yang diperoleh dari pembahasan makalah
bahwa prinsip dalam suatu manajemen organisasi sumber belajar memiliki
peranan penting untuk mengatur dan mengontrol dalam proses manajemen.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali
Muhtadi. 2005. Managemen Sumber Belajar.
Yogyakarta: UNY Press.
Anggani Sudono. 2000. Sumber
Belajar dan Alat Permainan. Jakarta: PT Grasindo.
Mudhofir.
1986. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Sumber
Belajar. Bandung : Remaja Karya.
Syihabuddin
Qalyubi. 2007. Dasar-dasar Ilmu
Perpustakaan dan Informasi. Yogyakarta: Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga.
http://pemasaran.wikispaces.com/file/view/LAYANAN+REFERENSI.pdf.
Diakses pada hari Senin, tanggal 2 April 2012.
http://images.ayukw2.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/Sr7dMgoKCCcAAHRtVbI1/MANAJEMEN%20SISTEM%20INFORMASI%20PENDIDIKAN.pdf?nmid=286086217.
Diakses pada hari Rabu, 4 April 2012.
http://zulkarnainidham.blogdetik.com/2009/03/01/katalog-perpustakaan/.
Diakses pada hari Rabu, 4 April 2012.
0 komentar:
Posting Komentar