BAB
1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Ilmu
pendidikan adalah ilmu yang sangat berpengaruh dalam suatu kehidupan. Di
Indonesia umumnya dan di dunia khususnya. Jika pendidikan rendah, maka
negaranya pun akan rendah dalam hal kualitas dan mutunya. Oleh karena itu
apabila dalam suatu negara menginginkan negaranya maju, maka yang pertama
dirombak kebijakannya adalah pendidikan.
Kualitas
pendidikan di
Indonesia sangat disayangkan, sebab meskipun di Indonesia
memiliki sumber daya manusia yang sangat banyak
namun dalam hal pendidikannya masih rendah. Pendidikan sebagai upaya
memanusiakan manusia. Oleh sebab itu pendidikan juga bersifat humanis.
Di
dalam makalah ini kami akan mendiskripsikan pendidikan sebagai ilmu dan sebagai
system. Kami mengambil judul ini karena pendidikan sebagai ilmu yang menelaah
fenomena-fenomena pendidikan dalam persfektif yang luas dan integrative
pendidikan sebagai sistem yaitu suatu kesatuan yang kompleks yang dibentuk dari
berbagai bagian yang tunduk pada rencana umum. Untuk lebih jelasnya kami akan
mendeskripsikan di dalam pembahasan.
B.Tujuan
Penulisan
Tujuan
dibuatnya makalah ini adalah:
1.
Untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Ilmu Pendidikan mengenai Pendidikan Sebagai Ilmu dan
Sebagai Sistem.
2.
Untuk membantu rekan-rekan mahasiswa dalam memahami materi tentang Pendidikan
Sebagai Ilmu dan Sebagai Sistem.
3.
Untuk memberi penjelasan yang lebih mendalam tentang Pendidikan Sebagai Ilmu dan
Sebagai Sistem.
C.Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah dalam makalah ini adalah:
1.
Pendidikan Sebagai Ilmu
2.
Pendidikan Sebagai Sistem
BAB
2
PEMBAHASAN
A.Pendidikan
Sebagai Ilmu
(Dwi
Siswoyo,2008:28-42)Pendidikan adalah fenomena yang fundamental atau asasi dalam
kehidupan manusia. Kita dapat mengatakan, bahwa di mana ada kehidupan manusia,
bagaimanapun juga di situ pasti ada pendidikan (Driyakara, 1980:32). Pendidikan
gejala yang universal, merupakan suatu keharusan bagi manusia, karena disamping
pendidikan sebagai gejala sekaligus juga sebagai upaya memanusiakan manusia itu
sendiri. Dengan perkembangan kebudayaan manusia, timbulah tuntutan adanya
pendidikan yang lebih baik, lebih teratur dan didasarkan adanya pemikiran yang
matang.
Pendidikan
adalah upaya sadar untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki manusia. Pandangan
bahwa pendidikan sebagai gejala sekaligus upaya untuk melahirkan teori-teori
pendidikan. Sedangkan ilmu pendidikan adalah imu yang menelaah fenomena
pendidikan dalam perspektif yang luas dan integrative. Fenomena pendidikan ini
bukan hanya merupakan gejala yang melekat pada manusia (gejala yang universal),
dalam persfektif yang luas, melainkan juga sekaligus merupakan upaya untuk
memanusiakan manusia agar menjadi sebenar-benarnya manusia (insan), yang hal
ini secara integrative diperlukan menggunakan berbagai kajian tentang
pendidikan (kajian historis, filosofis. Psikologis, dan sosiologis). Upaya
pendidikan mencakup keseluruhan aktivitas pendidikan (mendidik dan didikan) dan
pemikiran yang sistematik tentang pendidikan.
1. Persyaratan
Pendidikan Sebagai Ilmu
Ilmu
adalah suatu pengetahuan yang di susun secara kritis, metodis dan sisitem yang
berasal dan observasi, studi dan eksperimen untuk menentukan hakekat dan
prinsip-prinsip apa yang dipelajari.
Sesuatu
kawasan studi dapat tampil atau menampilkan diri sebagai suatu disiplin ilmu,
bila dipenuhi setidak-tidaknya tiga syarat, yaitu:
a.
Memiliki obyek studi (obyek material dan
obyek formal)
Yang
menjadi obyek material ilmu pendidikan adalah perilaku yamanusia.Perilaku manusia sebagai mahluk yang
hidup di dalam masyarakat maka
perilakunya dapat dilihat dari segi ilmu
pendidikan,psikologis,sosiologis,antropologis.Psikologis adalah ilmu yang
mempelajari perilaku manusia. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku
manusia dalam kelompok. Antropologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku
manusia sebagai mahluk biososial, yaitu mahluk yang berbudaya. Tentu saja masih
banyak aspek lain yang berhubungan dengan kehidupan manusia sebagai insan
politik, insan ekonomi,hokum dan sejarah. Jadi yang membedakan satu ilmu dan
ilmu lain ialah objeknya. Apabila kebetulan objek materialnya sama, maka yang
membedakan satu ilmu dan ilmu lainnya adalah objek formalnya. Objek formal
adalah objek material yang disoroti oleh suatu ilmu, atau sudut pandang
tertentu yang menentukan macam ilmu. Objek formal ilmu pendidikan adalah
menelaah fenomena pendidikan dalam persfektif yang luas dan integrative.
b. Memiliki
sistematika
Sistematika ilmu
pendidikan dapat dibagi menjadi 3 segi tinjauan yaitu
1) Melihat
pendidikan sebagai gejala manusiawi,
Dapat dianalisis dan proses atau situasi
pendidikan, yaitu adanya komponen-komponen pendidikan yang secara terpadu
saling berinteraksi dalam suatu rangkai keseluruhan kebulatan kesatuan dalam
mencapai tujuan. Komponen-komponen pendidikan itu adalah:
a.
Tujuan Pendidikan
b.
Peserta didik
c.
Pendidik
d.
Isi pendidikan
e.
Metode pendidikan
f.
Alat Pendidikan
g.
Lingkungan pendidikan
2) Melihat
pendidikan sebagai upaya sadar
Menurut
Noeng Muhadjir (1987:19-37) bertolak dan fungsi pendidikan yaitu:
a. Menumbuhkan
kreatifitas peserta didik
b. Menjaga
lestarinya nialai-nilai insane dan nilai-nilai ilahi
c. Menyiapkan
tenaga kerja produtif
3) Melihat
pendidikan sebagai gejala manusiawi, sekaligus upaya sadar dengan
mengantisipasi perkembangan sosio budaya di masa depan. Menurut Mochtar Buchori
(1994:81-86) ilmu pendidikan memiliki 3 dimensi yang dapat kita bedakan sebagai
sistematika ilmu pendidikan, yaitu:
a) Dimensi
lingkungan pendidikan: lingkungan pendidikan keluarga, lingkungan pandidikan
sekolah dan lingkungan pendidikan luar sekolah atau masyarakat
b) Dimensi
jenis-jenis persoalan pendidikan: (a) persoalan-persoalan fondasional
(persoalan-persoalan teoritis dalam pendidikan),(b) persoalan-persoalan
struktural (masalah-masalah struktur lembaga pendidikan) dan (c)
persoalan-persoalan operasiaonal (persoalan-persoalan praktis dalam pendidikan)
c) Dimensi
waktu dan ruang: kecermatan dalam memperkirakan
problematika masa depan sangat ditentukan oleh kemampuan kita untuk
memahami situasi dan masalah-masalah sekarang dan masa lampau secara mendalam
dan esensial,baik dalam masyarakat kita maupun dalam masyarakat-masyarakat
lain.
Metode-metode
yang dipakai untuk ilmu pendidikan sebagai berikut
(Soedomo,1990:46-47;Mob,Said,1989):
a. Metode
normatif
Berkenaan dengan konsep
manusia yang diidealkan yang ingin dicapai oleh pendidikan. Metode ini menjawab
pertanyaan yang berkenaan dengan masalah nilai baik dan nilai buruk.
b. Metode
explanatori
Bersangkut paut dengan
pertanyaan tentang kondisi dan kekuatan apa yang membuat suatu proses pendidikan
berhasil. Suatu teori pendidikan yang sahih memberikan suatu explanasi yang
memadai mengenai apa yang terjadi di alam, yang didasarkan pada dikte-dikte
empiris.
c. Metode
teknologis
Mempunyai fungsi untuk
mengungkapkan bagaimana melakukannya dalam rangka menuju keberhasilan
pencapaiannya tujuan-tujuan yang diinginkan.
d. Metode
deskriptif-fenomenologis
Metode ini mencoba
menguarikan kenyataan-kenyataan pendidikan dan kemudian mengklasifikasikan
sehingga ditemukan yang hakiki.
e. Metode
hemeneutis
Metode ini untuk
memahami kenyataan pendidikan yang konkrit dan historis untuk menjelaskan makna
dan struktur dan kegiatan pendidikan.
f. Metode
analisis kritis (Filosofis)
Metode ini menganalisi
secara kritistentang istilah-istilah, pernyataan-pernyataan, konsep-konsep dan
teori-teori yang ada atau digunakan dalam pendidikan.
2. Sifat-sifat
Ilmu Pendidikan
Ilmu
pendidikan bersifat empiris, rokhaniah, normatif, historis, terotis, dan
praktis (Soetjipto Wirowidjojo, 1986:8-9;30-31, Sutani Imam Barnadib,
1984:15-19).
Ilmu
pendidikan bersifat empiris, karena obyeknya (fenomena atau situasi pendidikan)
dijumpai dalam dunia pengalaman.
Ilmu
pendidikan bersifat rokhaniah, karena situasi pendidikan berdasar atas tujuan
manusia tidak membiarkan peserta didik kepada keadaan alamnya, melainkan
memandang sebagai makhlik susila sebagai dan ingin membawanaya kearah manusia
susila yang berbudaya.
Ilmu
pendidikan bersifat normatife, karena berdasarkan atas pemilihan antara yang
baik dan yang tidak baik untuk peserta didik pada khususnya dan manusia pada
umumnya.
Ilmu
pendidikan bersifat historis, karena memberikan uraian teoritis tentang
sisitem-sistem pendidikan sepanjang jaman dengan mengingat latar belakang
kebudayaan dan filsafat yang berpengaruh pada jaman-jaman tertentu.
Ilmu
pendidikan bersifat teoritis, karena memberikan pemikiran yang tersusun secara
teratur dan logis tentang masalah-maslah
dan ketentuan-ketentuan pendidikan.
Ilmu
pendidikan bersifat praktis, karena memberikan pemikiran tentang masalah dan
ketentuan-ketentuan pendidikan yang berlangsung ditujukan kepada perbuatan
mendidik.
3. Pengembangan
Pendidikan
Ilmu
pendidikan memiliki dasar yang sekaligus juga sebagai sumbernya, yaitu filsafat
pendidikan. Selain itu, pendidikan juga menggunakan fondasi pendidikan untuk
berpikir secara lebih jernih. Fondasi pendidikan sendiri adalah studi tentang
fakta-fakta dan prinsip-prinsip dasar yang melandasi pencarian
kebijakan-kebijakan dan praktik-praktik pendidikan yang berharga dan efektif.
Fondasi
pendidikan menurut Van Clave Morris (Dwi Siswoyo, 2008:38) dikelompokkan
menjadi dua, yaitu:
a. Fondasi-fondasi
historis dan filosofis tentang pendidikan.
b. Fondasi-fondasi
sosiologis dan psikologis tentang pendidikan.
Filsuf pendidikan ingin
mengetahui bagaimana manusia memikirkan kehidupan secara keseluruhan, apakah
kehidupan yang baik, dan bagaimana pendidikan dapat membantu mencapainya.
Seorang pendidik yang
memahami tentang fondasi-fondasi pendidikan akan membantunya lebih perspektif
dan berfikir lebih jernih. Oleh karena itu, bidang-bidang seperti philosophical,
psychological, sociological, political, economical, dan lain-lain sangat
berkaitan dengan ilmu pendidikan.
B. Pendidikan Sebagai Sistem
1.
Pengertian Sistem
(Dwi Siswoyo, 2008:42-56)Sistem adalah
suatu rangkaian keseluruhan kebulatan kesatuan dari komponen-komponen yang
saling berinteraksi atau interdependensi dalam mencapai tujuan.
Oleh
karena itu, suatu system di dalamnya mengandung hal-hal sebagai berikut:
a. adanya
satu kesatuan organis;
b. adanya
komponen-komponen yang membentuk kesatuan organis;
c. adanya
hubungan keterkaitan antara komponen satu dengan lain maupun antara komponen
dengan keseluruhan;
d. adanya
gerak dan dinamika;
e. adanya
tujuan yang ingin dicapai.
Upaya
pendidikan merupakan aktivitas yang kompleks, yang melibatkan sejumlah komponen
pendidikan yang saling berinteraksi atau interdepensi satu sama lain. Apabila
upaya pendidikan hendak dilaksanakan secara terencana dan teratur, maka
berbagai komponen dan saling hubungannya perlu dikenali, dikaji dan
dikembangkan sehingga mekanisme kerja komponen-komponen itu secara menyeluruh
dan terpadu, akan dapat membuahkan hasil yang optimal. Oleh karena itu,
pengkajian tentang upaya pendidikan sebagai suatu sistem mempunyai arti yang
penting
2.
Komponen-Komponen Upaya Pendidikan
Tiga
komponen sentral dalam upaya pendidikan adalah
a. Peserta
Didik
Komponennya meliputi
jumlah peserta didik, tingkat perkembangannya, pembawaaannya, tingkat
kesepiannya, minat-minatnya, motivasinyacita-citanya.
b. Pendidik
Meliputi usia
pendidikan, tingkat pendidikannya, kualitas pengalamannya, kehadirannya,
kemampuannya, minat-minatnnya, wataknya, statussnya, wibawanya, dan komitmennya
terhadap tugas dan kewajibannya.
c. Tujuan
Pendidikan
Meliputi tujuan-tujuan
yang ingin dicapai dalam dan proses pendidikan dan tujuan yang sangat spesifik
sampai tujuan yan bersifat umum yang ditetapkan dalam UU No. 20 Tahun 2003.
Tujuan umum menyiratkan
hal-hal umum yang hendaknya dicapai, sedangkan tujuan khusus menyatakan kepada
peserta didik: (1)penampilan apa yang diharapakan darinya, (2)sampai sejauh
mana penampilan itu harus dikuasai sebagai penampilan yang memenuhi syarat, (3)dalam kondisi yang
bagaimana penampilan yang memenuhi syarat itu harus ditampilkan.
3.
Saling Hubungan Antar Komponen
Proses
pendidikan terjadi apabila antar komponen pendidikan yang ada di dalam upaya
pendidikan itu saling berhubungan secara fungsional dalam suatu kesatuan yang
terpadu. Dalam proses pendidikan, seorang pendidik yang sudah siap melaksanakan
upaya pendidikan terhadap seorang peserta didik, tetapi peserta didik itu tidak
menyukai pendidiknya sehingga bersikap
acuh tak acuh, bahkan menolak untuk berinteraksi dengan pendidik, proses
pendidik itu dapat dikatakan gagal. Komponen pendidikan pada hakekatnya
terpusat interaksi antara peserta didik dan pendidik dalam mencapai tujuan
pendidikan.
4. Pencapaian Tujuan
Yang Diinginkan
Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, perlu disusun
dan difungsionalkan suatu system, penyelenggaraan pendidikan yang baik. Berbagai
komponen dalam sisitem perlu dikenali, dipahami dan dikembangkan secara
saksama, sehingga benar-benar dapat berfungsi dengan tepat dan penuh pula. Peninjauan
berdasarkan pendekatan system terhadap upaya pendidikan, dapat menghasilkan
kebijakan yang berupa pembaharuan sebagaian atau menyeluruh, bertahap atau
sekaligus. Kebijakan atau keputusan ini dilakukan untuk mencapai tujuan
pendidikan yang diinginkan secara optimal.
5.
Sistem Pendidikan dalam Kerangka yang lebih Luas
6.
Tantangan Sistem Pendidikan
Dalam decade akhir-akhir ini semakin
terasa dan nampak perubahan-perubahan sosio budaya yang demikian cepat akibat
perkembangan ilmu dan teknologi yang spektakuler. Sistem pendidikan kita
dituntut untuk memiliki tiga kemampuan (Moechtar Buchori, 1994:44), yaitu:
a. Kemampuan
untuk mengetahui pola-pola perubahan dan kecenderungan yang sedang berjalan.
b. Kemampuan
untuk menyusun gambar tentang dampak yang akan ditimbulkan oleh
kecenderungan-kecenderungan yang sedang berjalan tadi.
c. Kemampuan
untuk menyusun program-program penyesuaian diri yang akan ditempuhnya dalam
jangka waktu tertentu, misalnya jangka waktu 5 tahun.
Untuk menunjang pencapaian kemampuan-kemampuan
sistem pendidikan diatas, daerah cakupan penelitian pendidikan hendaknya
diperluas tidak hanya menggarap masalah-masalah belajar mengajar
(masalah-masalah didaktis) saja, melainkan juga membahas masalah-masalah
pendidikan dalam kaitannya dengan perubahan-perubahan ekonomi, sosial,
cultural, dan teknologi baik yang bersifat nasional, regional maupun global. Disamping
itu penelitian pendidikan perlu diupayakan lebih terkoordinasi secara
integratif dibawah payung-payung permasalahan yang bersifat hierarkhis dilihat
dari luar maupun kedalam, sehingga akan lebih besar manfaatnya untuk
pengambilan kebijakan-kebijakan pendidikan baik dalam lingkungan lembaga
pendidikan yang bersangkutan maupun dalam lingkungan yang lebih luas.
BAB
3
PENUTUP
A. Kesimpulan
:
1. Obyek
material ilmu pendidikan adalah perilaku manusia.
2. Ilmu
pendidikan bersifat empiris, rohaniah, normative, historis, teoritis dan
praktis.
3. Tiga
komponen sentral dalam upaya pndidikan adalah peserta didik, pendidik, dan
tujuan pendidikan.
4. Menurut
Moechtar Buchori (Dwi Siswoyo,2008:54) Sistem pendidikan dutuntut untuk
memiliki tiga kemampuan, yaitu :
a.
Kemampuan untuk mengetahui pola-pola
perubahan dab kecnderungan yang sedang berjalan.
b.
Kemampuan untuk menyusun gambar tentang
dampak yang akan ditimbulkan oleh kecenderungan-kecenderungan yang sedang
berjalan tadi.
c.
Kemampuan untuk menyususn
program-program penyesuaiaan diri yang akan ditempuhnya dalam jangka waktu
tertentu.
B.
Saran
1. Sebaiknya dalam pendidikan juga di imbuhi
dengan teknologi pula agar lebih
DAFTAR
PUSTAKA
Siswoyo,Dwi.2008.Ilmu Pendidikan,Yogyakarta:UNY Press.
0 komentar:
Posting Komentar