BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
pendidikan memiliki peran yang sangat
penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia. Negara memiliki
kepentingan untuk meningkatkan kualitas pendidikan karena ukuran kualitas suatu
negara dapat dilihat dari kualitas Sumber Daya Manusia yang dimiliki. Jika
Kualitas SDM nya bagus maka Negara tersebut dianggap bagus dan juga sebaliknya.
Permasalahan Pendidikan Komparatif pada masa ini,adalah memahami interaksi
antara pendidikan dan masyarakat atau bangsa,dengan jalan menganalisa
tenaga-tenaga sejarah dan factor-faktor konteporer yang membentuk sistem
pendidikan suatu bangsa Pendidikan komparatif membahas perbandingan secara
ilmiah,juga mempunyai tujuan untuk melihat persamaan dan perbedaan ,kerja
sama,pertukaran pelajar antar bangsa dalam menciptakan pedamaian dunia.
Pendapat tersebut sebagai usaha menanamkan dan menumbuh-kembangkan rasa
saling pengertian dan kerja sama antar bangsa,demi terpeliharanya perdamaian
dunia,melalui peroses pendidikan. Pendidikan komparatif juga diperlukan,untuk
melihat kemajuan,kualiatas pendidikan di negara maju dibandingkan dengan dengan
negara berkembang Pada tahun 1922, Tajab (1994:29) terbentuklah Federasi
Asosiasi Internasional (Word Federation of Education Assosiations) yang
bertujuan :
1.
Tergalangnya kerjasama dibidang pendidikan
2.
Pengumpulan dan penyebaran informasi tentang pendidikan
yang penting-penting,dan
3.
Adanya usaha nyata tentang perdamaian dunia
Yang kami
bahas di sini hanyalah pengaruh karakter akademik negara maju dan negara
berkembang terhadap pendidikan. Kami akan membandingakan karakter akademik
kedua negara tersebut, selain itu kami juga akan melihat karakter akademik apa
yang cocok dan sesuai untuk Indonesia agar pendidikan kita lebih baik.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana pentingnya pendidikan
komparatif bagi perkembangan dunia pendidikan?
2.
Apakah faktor yang mempengaruhi perkembangan karakter
akademik negara maju?
3.
Apakah faktor yang mempengaruhi perkembangan karakter
akademik negara berkembang?
4.
Bagaimana perbandingan karakter akademik negara maju dan
berkembang dan apa saja faktor yang mempengaruhinya?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui dan memahami pentingnya pendidikan komparatif.
2.
Mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan karakter
akademik di negara maju.
3.
Mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan karakter
akademik di negara berkembang .
4.
Mengetahui dan memahami perbandingan karakter akademik
negara maju dan berkembang dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pentingnya Ilmu Perbandingan
Pendidikan (Pendidikan
Komparatif)
1.
Akademis Ilmiah
Karena studi
perbandingan pendidikan telah memiliki kelengkapan studi sebagaimana ilmu
pengetahuan lainnya yaitu mempunyai sasaran (objek) studi yang jelas, mempunyai
scope (ruang lingkup)pandangan yang khusus tersendiri dan metoda-metoda studi
tertentu. Disamping itu perbandingan pendidikan juga memberikan manfaat dalam
mempelajari berbagai teori kependidikan, memperdalam pemahaman tentang seluk
beluk pendidikan dan asal usulnya, tentang hungan pendidikan dengan masyarakat,
serta tentang sebab dan akibat dari hubungan antara keduanya.
Studi
perbandingan pendidikan juga melihat masyarakat sebagai tempat percobaan bagi
teori kependidikan yang dikembangkan yang mengandung potensi dasar. Dengan
demikian studi perbandingan pendidikan akan memandang pendidikan sebagai fakta
yang hidup dalam masyarakat yang mampu membawa perbaikan terhadap
masyarakatnya. Pendidikan yang berlangsung dalam masyarakat adalah penjabaran
dari konsepsi dan teori kependidikan yang senantiasa berubah dan berkembang
sesuai dengan cita masyarakat.
2.
Kultural
(kebudayaan)
Karena manusia
dalam hidup bermasyarakat hakekatnya adalah objek dan subjek pembudayaan
masyarakatnya sendiri. Alat yang digunakan pembudayaan itu adalah pendidikan.
Dengan demikian masyarakat tanpa pendidikan tidak mungkin dapat hidup berbudaya
tinggi. Oleh karena itu pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan umat
manusia, dan juga menjadi cabang dari disiplin ilmu kebudayaan. Studi
perbandingan pendidikan memandang pendidika kecuali memiliki potensi cultural
juga mempuyai daya membentuk dan mengolak corak dan isi kebudayaan masyarakat
kearah tujuan tertentu sesuai trends (arah) perkembangan hidup yang
dicita-citakan.
Oleh karena
itu, melalui studi perbandingan pendidikan seseorang akan dapat lebih banyak mengenal
dan meresapi cirak, bentuk dan cita-cita kultural masyarakat yang distudi.
3.
Humanistik
Karena studi
perbandingan pendidikan lebih menitik beratkan tugasnya pada masalah
inter-ralasi (saling hubungan) antara faktor-faktor lingkungan hidup dan pengalaman-pengalaman
manusia sebagai anggota masyarakat, serta saling pengaruh mempengaruhinya
antara manusia dengan lingkungan sekitarnya dan dengan masyarakatnya. Jadi,
faktor manusia menajadi titik sentral
dari pandangan masyarakat terhadap bagaimana dan sejauh mana serta seperti apa
pendidikanyang diinginkan guna memperbaiki dan memajukan masyarakatnya sendiri.
4.
Kepuasan Intelektual (akal fikiran)
Karena studi
perbandingan pendidikan tidak semata-mata membaca fakta kependidikan
dimasyarakat yang sedang berlangsung.akan tetapi, memikirkan atau menganalisa dengan cara-cara logis rasional tentang
fakta-fakta itu seperti dengan angka-angka statistic atau berbagai metode
analisa. Fakta itu direnungkan melalui akal pikirannya sehingga ia mampu
menemukan hubungan antara fakta yang dilihat dengan fakta-fakta kebudayaan yang
menjadi latar belakangnya yang mengakibatkat timbulnya kenyataa-kenyataan
seperti terlihat dalam system pendidikan distudi.
5.
Keuntungan Operasional
Karena
studi perbandingan pendidikan berusah mempelajari problem-problem kependidikan
yang ada didalam masyarakat di Negara lain yang dapat dijadikan bahan informasi
untuk membantu pemecahan problem-problem pendidikan lebih lanjut dalam system
kependidikaan yang ada di Negaranya sendiri. Dalam pemecahan problem itu
perbandingan pendidikan memberikan tekanan pada sikap objektiv tidak memihak
dalam menginterpretasikan fakta-fakta yang ada sehingga hasil analisannya akan
mengandung nilai tinggi bago operasionlisasi (pelaksanaan) system kependidikan
yang diharapkan.
B.
Faktor yang
mempengaruhi perkembangan karakter akademik negara maju
Perbedaan yang terjadi antara Negara maju dan berkembang
dilihat dari aspek seperti budaya, letak geografis, sosial, hubungan
internasional, sejarah, politik dan ekonomi. Terutama perbedaan tentang ilmu
pengatahuan dan perkembangan teknologi yang menjadikan salah satu faktor
penting yang membedakan negara maju dan
negara berkembang. Tingkat pendidikan
merupakan salah satu indikator penting yang menunjukkan kualitas penduduk suatu
negara. Di negara-negara maju, secara umum penduduknya sudah memiliki kesadaran
tinggi akan arti penting pendidikan dan penguasaan IPTEK. Hal tersebut terlihat
dari angka partisipasi belajar penduduk negara-negara maju yang sangat tinggi.
Tingginya tingkat pendidikan penduduk di negara maju juga ditunjang oleh sistem
pendidikan yang baik dan anggaran pendidikan yang tinggi dari pemerintah.
Finlandia
merupakan salah satu Negara yang memiliki sistem pendidikan terbaik di dunia.
Finlandia menggunakan filsafat pendidikan yang menyatakan setiap orang memiliki
sesuatu untuk disumbangkan dan mereka yang mengalami kesulitan di mata
pelajaran tertentu semestinya tidak ditinggalkan. Suatu taktik yang diterapkan
dalam hampir setiap mata pelajar adalah pengerahan guru bantu yang ditugasi
untuk membantu murid yang mengalami kesulitan di mata pelajaran tertentu. Meski
demikian, siswa ditempatkan dalam ruang kelas yang sama, tanpa memandang
kemampuan mereka dalam pelajaran tersebut.
Menteri Pendidikan Finlandia Henna Virkkunen bangga akan
catatan prestasi negaranya, tapi sasaran berikut yang dia hendak capai adalah
menyasar para murid paling cemerlang. Menurut OECD, anak-anak Finlandia
memiliki jam belajar paling pendek di jajaran negara maju. Ini mencerminkansisi
penting lain bagi pendidikan Finlandia. Persekolahan tingkat dasar dan menengah
digabung, sehingga murid tidak perlu berganti sekolah pada usia 13. Dengan cara
ini, mereka terhindar dari masa peralihan yang bisa menganggu dari satu sekolah
ke sekolah lain.
Anak-anak di Finlandia baru mulai menjalani sekolah utama
pada usia tujuh tahun. Gagasan bahwa sebelum itu mereka belajar paling efektif
ketika bermain dan menjelang mereka akhirnya bersekolah mereka juga bersemangat
untuk mulai belajar.
Para orang tua Finlandia jelas memiliki andil atas prestasi
sekolah yang mengesankan. Ada budaya membaca di kalangan anak-anak di rumah dan
keluarga harus mengadakan kontak berkala dengan guru anak mereka. Mengajar
adalah karir prestisius di Finlandia. Guru sangat dihargai dan standar
pengajaran tinggi.
Keberhasilan sistem pendidikan di Finlandia tampaknya juga
ditunjang budaya. Anak-anak belajar dalam suasana yang santai dan informal.
Finlandia mencatat arus imigrasi kecil. Jadi, ketika murid mulai belajar di
sekolah, sebagian besar adalah penutur asli bahasa Finlandia dan ini
menyisihkan hambatan yang sering dihadapi oleh masyarakat lain.
Keberhasilan sistem ini ditopang gagasan bahwa less can
be more atau sedikit bisa jadi lebih banyak. Ada penekanan untuk
menjadikan sekolah yang santai, dan bebas dari resep-resep politik. Kombinasi,
menurut keyakinan orang Finlandia, berarti bahwa tidak ada anak yang
tertinggal.
Sedangkan di Negara Jepang
pada umumnya metode pembelajaran yang digunakan di sekolah-sekolah di
Jepang adalah kombinasi dari :
1.
Penjelasan dari dan tanya jawab dari guru.
2.
Diskusi antar murid.
3.
Eksplorasi oleh murid sendiri dengan mengunakan alat
pembelajaran.
Diawal biasanya murid memberikan penjelasan sebagai
pengantar, kemudian murid melakukan diskusi sesame mereka dan mengeksplorasi
menggunakan alat pembelajaranseperti multimedia, laboraturium, dll. Sesuai
dengan mata pelajaran dan kebutuhan. Hasil diskusi dan eksplorasi tersebut lalu
dipresentasikan di depan kelas dengan bimbingan guru.
Nilai hasil belajar tinggi yang mereka peroleh di kelas
akan menjadi mubazir apabila mereka tidak bisa menerjemahkan dalam lingkungan
social mereka sehari-hari. Oleh sebab itu atas kerja sama dengan pemerintah,
sekolah dan dengan berbagai perusahaan serta lembaga setempat, anak-anak
sekolah dengan waktu tertentu dilibatkan dalam proses produksi suatu usaha atau
layanan jasa. Melalui keterlibatan tersebut, siswa di minta untuk melakukan
observasi dan terbuka dengan berbagai pertanyaan kritis. Hasil penelitian itu
selanjutnya akan mereka catat dan presentasikan sebagai kesimpulan dari proses
hasil belajar.
Menurut William K. Cummings, Jepang berasil merombak
masyarakat melalui pendidikan melalui beberapa factor lain :
a.
Perhatian pada pendidikan datang dari berbagai macam pihak.
b.
Sekolah Jepang tidak mahal.
c.
Tidak ada diskriminasi terhadap sekolah.
d.
Kurikulum sekolah Jepang sangat berat.
e.
Sekolah sebagai unit pendidikan.
f.
Guru terjamin tidak akan kehilangan jabatan.
g.
Guru Jepang penuh dedikasi.
h.
Guru Jepang merasa wajib memberi pendidikan “manusia
seutuhnya”.
i.
Guru Jepang bersikap adil.
Menurut Danasasmita ada beberapa karakteristik yang
mendorong bangsa Jepang maju. Ini dibuktikan dengan beberapa ucapan :
1)
Arigatoo
(terima kasih). Orang Jepang menghargai jasa orang lain.
2)
Otsukaresamadeshita
(maaf, anda telah bersusah payah). Orang Jepang
menghargaihasil pekerjaan orang lain.
3)
Ganbatte
kudasai (berusahalah!). perlunya setiap orang harus berusaha.
4)
Semangat bushido (semangat
kesatria). Orang Jepang punya semangat yang tidak pernah luntur, tahan banting,
dan tidak mau menyerah.
Yang paling penting, pendidikan tidak hanya proses
belajar-mengajar saja, tetapi proses penyadaran untuk menjadikan manusia
seutuhnya. Bukan hanya menjadikan manusia sebagai produk keluaran dari sebuah
lembaga pendidikan. Pendidikan adalah sebuah sarana untuk menjadikan manusia
sebagai “manusia yang sadar diri” dalam sebuah generasi, yaitu manusia yang
mengerti apa yang seharusnya dilakukan atau tidak, apa yang baik atau jelek
serta mengetahui mana yang hak atau kewajiban. Melahirkan manusia yang seperti
ini adalah hakikat dari sebuah pendidikan.
C.
Faktor yang
mempengaruhi perkembangan karakter akademik negara berkembang
Terdapat
perbedaan mendasar antara negara maju dan berkembang, pada umumnya perbedaan
tersebut dikaitkan dengan faktor peradaban manusia seperti social, budaya,
ekonomi, sejarah, politik, hubungan internasional, dan letak geografis.
Meskipun demikian faktor-faktor tersebut tidak mampu menjelaskan secara
signifikan perbedaan mendasar dari kedua negara tersebut. Perbedaan mendasar
yang sangat penting digarisbawahi adalah dalam hal infra struktur ilmu
pengetahuan dan teknologi yang mampu menciptakan perbedaan level sosial dan
ekonomi diantara kedua negara maju dan berkembang. Permasalahan
non-kependidikan seperti masalah kebudayaan dan politik, ekonomi yang
berkembang di negara yang bersangkutan juga dijadikan butir-butir yang
dipertimbangkan dalam pembahasan pendidikan komparatif, karena
permasalahan-permasalahan tersebut banyak mempengaruhi perkembangan sistem
pendidikan dalam suatu negara. Di Perancis misalnya, terdapat Bureu
International d’ Education yang anggota-anggotanya terdiri dari para menteri
pendidikan negara-negara di dunia, yang menerbitkan artikel dalam bahasa
Perancis dan Inggris tentang permasalahan di berbagai negara.
Meskipun
setiap negara yang sedang berkembang memiliki perbedaan antar negara dan
klasifikasinya, namun sebagian besar memiliki tujuan yang sama. Tujuan mereka
diantaranya adalah :
1.
Memerangi Kemiskinan
2.
Mengurangi Ketidak merataan
3.
Mengurangi Pengangguran
4.
Memenuhi Standar minimum pendidikan, kesehatan, perumahan
dan makanan bagi masyarakat
5.
Memperluas kesempatan di bidang ekonomi dan sosial serta
menempa persatuan bangsa
Selain tersebut di atas terdapat pula kesamaan masalah yang
dihadapi tetapi dengan kadar yang berbeda-beda yaitu:
a.
Kemiskinan yang kronis dan meluas
b.
Tingkat pengangguran yang tinggi dan cenderung meningkat
terus
c.
ketidakmerataan distribusi pendapatan yang semakin melebar
d.
Rendahnya tingkat produktivitas di sektor pertanian
e.
Kesempatan ekonomi antara desa dan kota
f.
Kurangnya pelayanan kesehatan dan pendidikan
g.
Memburuknya neraca pembayaran dan hutang luar negeri
h.
meningkatnya ketergantungan teknologi terhadap luar negeri
i.
Lemahnya kelembagaan dan sistem penilaian
Tinjauan tentang perbedaan struktur ekonomi dunia ketiga
terdapat tujuh komponen utama perbedaan diantara negara sedang berkembang :
1)
Ukuran Negara (Geografis, Penduduk dan pendapatan)
Luasnya suatu
negara, penduduk serta tingkat pendapatanperkapita merupakan determinan potensi
ekonomi yang penting dan faktor yang membedakan antar negara sedang berkembang.
Diantara 143 negara berkembang anggota PBB, 104 negara diantaranya berpenduduk
kurang dari 15 juta jiwa dan 75 negara berpenduduk kurang dari 5 juta jiwa.
Negara besar yang padat penduduknya hidup berdampingan dengan negara kecil yang
berpenduduk sedikit, negara dengan wilayah yang luas biasanya memiliki
keuntungan dari tersedianya macam-macam sumber daya, potensi pasar yang luas
dan kurang bergantung kepada produk dan bahan baku dari luar, tetapi meski
demikian timbul permasalahan dari pengawasan administratif kesatuan nasional
dan ketidak sinambungan regional dimana ketidakmerataan pendapatan nasional
menjadi persoalan. Sehingga tidak menjamin bahwa negara dengan luas wilayah
yang besar akan menciptakan pendapatan yang besar bagi masyarakatnya misalnya
saja India dengan penduduk sekira 140 juta jiwa ternyata tingkat pendapatan
perkapita pertahun sebesar $265 US, sedangkan Singapura dengan penduduk sekira
2,6 juta jiwa berpendapatan perkapita pertahun mencapai $5.900US (data tahun
1993)
2)
Evolusi Sejarah
Kebanyakan
negara Asia dan Afrika pernah dijajah oleh negara Eropa seperti Inggris,
Perancis, Belgia, Belanda, Jerman, Portugal dan Spanyol. Struktur Perekonomian,
pendidikan dan lembaga sosial negara tersebut dibentuk oleh bekas negara
penjajah. Sehingga setiap negara yang pernah dijajah oleh negara yang
berbeda-beda akan memiliki kebudayaan, pembentukan kelembagaan dan sosial yang
berbeda-beda pula. Seperti India yang dijajah oleh Inggris, Philipina yang
dijajah Spanyol dan Amerika, Vietnam dijajah oleh Perancis dan Indonesia yang
dijajah oleh Belanda.
3)
Sumberdaya manusia dan fisik
Potensi
pertumbuhan ekonoi suatu negara sebagian besar dipengaruhi oleh sumberdaya
fisik (tanah, mineral, dan bahan mentah lainnya) serta sumber daya manusia
(baik jumlah maupun tingkat pendidikan). Sumber daya manusia tidak terbatas
pada jumlah dan pendidikannya saja tetapi juga meliputi pandangan kebudayaan
mereka, sikap terhadap pekerjaan dan keinginan untuk memperbaiki diri.
selanjutnya tingkat kecakapan administratif seringkali menentukan kemampuan
sektor pemerintah dalam mengubah struktur produksi dalam waktu yang tepat.
Disini seseorang akan terlibat dengan masalah rumitnya hubungan antar
kebudayaan, tradisi, agama, kesukuan dan pemecahan atau penyatuan suku. Jadi,
bentuk sifat sumberdaya manusia dalam suatu negara merupakan determinan struktur
ekonomi yang penting.
4)
Kepentingan relatif sektor pemerintahan dan swasta
Sebagian besar
negara berkembang menganut sistem ekonomi campuran, yaitu sektor pemerintah dan
swasta ikut campur dalam menggunakan sumber daya. Pembagian antar dua sektor
tersebut masing-masing secara relatif umumnya ditentukan oleh situasi historis
dan politis.
Besarnya pemilikan oleh pihak asing disektor swasta merupakan variabel yang penting untuk menentukan perbedaan diantara negara negara berkembang, Sektor swasta besar yang dimiliki oleh pihak asing biasanya mendorong timbulnya masalah serta kesempatan politis dan ekonomis yang ditemui. Misalnya negara Afrika yang seringkali mengalami kekurangan sumber daya manusia terdidik cenderung lebih menitik beratkan aktivitas sektor pemerintahan dan perusahaan negara berdasarkan asumsi bahwa kekurangan sumber daya terdidik dapat diatasi dengan koordinasi daripada melalui pemecahan administratif dan kewirausahaan.
Besarnya pemilikan oleh pihak asing disektor swasta merupakan variabel yang penting untuk menentukan perbedaan diantara negara negara berkembang, Sektor swasta besar yang dimiliki oleh pihak asing biasanya mendorong timbulnya masalah serta kesempatan politis dan ekonomis yang ditemui. Misalnya negara Afrika yang seringkali mengalami kekurangan sumber daya manusia terdidik cenderung lebih menitik beratkan aktivitas sektor pemerintahan dan perusahaan negara berdasarkan asumsi bahwa kekurangan sumber daya terdidik dapat diatasi dengan koordinasi daripada melalui pemecahan administratif dan kewirausahaan.
5)
Sifat struktur industri
Sebagian besar
negara berkembang merupakan negara agraris, pertanian baik untuk keperluan
konsumsi sendiri maupun komersial, merupakan aktivitas ekonomi utama ditinjau
dari sudut distribusi penggunaan angkatan kerja maupun ditinjau daru proporsi
sumbangan dalam GNP (pendapatan perkapita).
Peranan sektor manufaktur dan jasa diantara negara berkembang juga memperlihatkan perbedaan yang besar. Walaupun terdapat persamaan masalah namun strategi pembangunan di negara berkembang berbeda-beda, tergantung kepada sifat alam, struktur dan tingkat saling ketergantungan antara sektor primer (pertanian, kehutanan, perikanan), sektor industri sekunder (umumnya bidang manufaktur) dan sektor industri tersier (perdagangan, keuangan, transportasi dan jasa).
Peranan sektor manufaktur dan jasa diantara negara berkembang juga memperlihatkan perbedaan yang besar. Walaupun terdapat persamaan masalah namun strategi pembangunan di negara berkembang berbeda-beda, tergantung kepada sifat alam, struktur dan tingkat saling ketergantungan antara sektor primer (pertanian, kehutanan, perikanan), sektor industri sekunder (umumnya bidang manufaktur) dan sektor industri tersier (perdagangan, keuangan, transportasi dan jasa).
6)
Tingkat ketergantungan terhadap ekonomi luar negeri dan
kekuasaan politik
Ketergantungan
Terhadap Luar negeri; Ekonomi, Politik dan Kebudayaan
Bagi negara berkembang, ketergantungan tersebut sangat tinggi tingkatnya, bahkan beberapa kasus menyentuh pada hampir semua tingkat kehidupan. Kebanyakan negara kecil sangat tergantung pada perdagangan luar negeri dengan negara maju. Hampir semua negara kecil tergantung pada impor teknologi produksi yang umumnya tidak cocok dengan kondisi negara tersebut.
Walaupun tingkat ketergantungan ekonomi sangat tinggi, yakni dalam bentuk transfer barang dan teknologi, namun ada juga keuntungannya yaitu berupa transmisi kelembagaan (umumnya sistem pendidikan dan pelayanan kesehatan), nilai-nilai, pola konsumsi, serta sikap hidup, bekerja dan bersikap diri.
Bagi negara berkembang, ketergantungan tersebut sangat tinggi tingkatnya, bahkan beberapa kasus menyentuh pada hampir semua tingkat kehidupan. Kebanyakan negara kecil sangat tergantung pada perdagangan luar negeri dengan negara maju. Hampir semua negara kecil tergantung pada impor teknologi produksi yang umumnya tidak cocok dengan kondisi negara tersebut.
Walaupun tingkat ketergantungan ekonomi sangat tinggi, yakni dalam bentuk transfer barang dan teknologi, namun ada juga keuntungannya yaitu berupa transmisi kelembagaan (umumnya sistem pendidikan dan pelayanan kesehatan), nilai-nilai, pola konsumsi, serta sikap hidup, bekerja dan bersikap diri.
7)
Pembagian kekuasaan, kelembagaan dan politik luar negeri
Konstelasi
kepentingan dan kekuasaan diantara berbagai kelompok masyarakat dikebanyakan
negara berkembang lahir sebagai akibat sejarah politik ekonomi dan sosial yang
berbeda satu dengan lainnya. Tanpa memandang pembagian kekuasaan diantara
angkatan bersenjata, kaum industrialis, dan tuan tanah Amerika Latin, kaum
politisi dan pejabat tinggi pemerintahan di Afrika, para raja minyak dan
mogul-mogul keuangan di Timur Tengah, rentenir dan industrialis Asia yang kaya,
kebanyakan negara berkembang secara langsung atau tidak langsung diperintah
oleh segelintir elit dibandingkan dengan apa yang terjadi dinegara maju.
Oleh karena itu, setiap perubahan ekonomi dan sosial memerlukan dukungan dari kelompok elit, baik melalui persuasi meupun paksaan dan jika perlu menyingkirkan mereka dengan kekuatan. Jalan manapun yang ditempuh, pembangunan ekonomi dan sosial tidak mungkin dilakukan tanpa mengubah lembaga-lembaga sosial, politik, dan ekonomi suatu negara (misalnya sistem sewa tanah, struktur pendidikan, hubungan pasar tenaga kerja, undang-undang hak milik, pembagian dan pengawasan harta keuangan dan fisik, undang-undang perpajakan dan warisan dan peraturan perkreditan).
Oleh karena itu, setiap perubahan ekonomi dan sosial memerlukan dukungan dari kelompok elit, baik melalui persuasi meupun paksaan dan jika perlu menyingkirkan mereka dengan kekuatan. Jalan manapun yang ditempuh, pembangunan ekonomi dan sosial tidak mungkin dilakukan tanpa mengubah lembaga-lembaga sosial, politik, dan ekonomi suatu negara (misalnya sistem sewa tanah, struktur pendidikan, hubungan pasar tenaga kerja, undang-undang hak milik, pembagian dan pengawasan harta keuangan dan fisik, undang-undang perpajakan dan warisan dan peraturan perkreditan).
Semua bidang
kehidupan, baik ekonomi, politik, kebudayaan, mupun nilai-nilai yang mendasari
sistem kehidupan masyarakat, dengan dampak teknologi modern yang memasuki
bidang-bidang kehidupan manusia, dapat merubah sikap dan pandangan hidup
tradisional ke arah pandangan hidup yang dinamis rasional, sehingga nilai-nilai
yang selama ini menjadi pegangan, akan menjadi longgar bahkan cenderung untuk
ditinggalkan sama sekali. Dengan kata lain, dengan menggunakan sistem
kependidikan yang direncanakan dengan baik, proses pengembangan kebudayaan
masyarakat akan berjalan ke arah tujuan yang ditetapkan secara konsisten.
Faktor-faktor pengganggu yang timbul dari problema-problema non-kependidikan
(ekonomi, politik, keamanan, dan kebudayaan) akan lebih mudah ditanggulangi
melalui mekanisme dalam sistem itu sendiri.
Mengingat
pengaruh kebudayaan suatu bangsa dapat mewarnai pola dan sistem
kependidikannya, maka nampaklah bahwa dalam sistem operasional kependidikan di
negara masing-masing, arah dan tujuannya ditonjolkan. Bagi negara yang
beraliran liberalisme, maka sistem kependidikannya mengarah pada sistem
kehidupan yang liberalistis pula. Sebaliknya di negara sosialisme, sistem
operasionlnya mengarah dimana pendidikan sosialisasi lebih diutamakan daripada
individualisasi. Contohnya, di negara Belanda, sekolah-sekolah Belanda semua
jenjangnya merupakan sekolah umum (public
school) atau sukarela (voluntary
school). Sekolah umu diselenggarakan oleh negara, atau sebagaimana yang
terjadi pada umumnya, diselenggarakan oleh kota madya. Sekolah sukarela diselenggarakan
oleh yayasan atau pihak gereja. Karena menerapkan sistem yang diatur oleh
negara, tidak ada satu sekolah pun yang diselenggarakan oleh personil swasta.
Akan berbeda lagi dengan India, komitmen India untuk menyebarluaskan
pengetahuan dan kebebasan berpikir di kalangan penduduk direfleksikan dalam
kebijakan atau undang-undang the
Directive Principles. Pada pasal 45 dinyatakan bahwa negara berupaya untuk
menyediakan pendidikan wajib secara gratis selama sepuluh tahun, dan bagi
anak-anak hingga mereka mencapai usia 14 tahun.
Di semua
negara apabila kita teliti secara cermat, maka akan didapati adanya problema
pokok yang terkait dengan sistem dan pola kependidikan nasionlanya
masing-masing dalam lima permasalahan dasar. Serupa dengan identifikasi dari Phillips
H. Coombs yang ia sebut sebagai “Lima Faktor Krisis Pendidikan” (Ali Imron:
2008) :
a)
Pertambahan anak usia sekolah yang mengakibatkan banyaknya
anak yang tidak dapat tertampung di sekolah.
b)
Produk (hasil) atau output pendidikan di sekolah tidak
seimbang dengan kebutuhan masyarakat, terutama yang sedang membangun dimana
dari sekolah itulah diharapkan tenaga-tenaga ahli yang terampil untuk memacu
proses pembangunan yang sedang dijalankan.
c)
Kurangnya sumber biaya atau dana, adalah merupakan faktor
yang sungguh memberatkan pihak pengelola sekolah.
d)
Kurangnya effektivitas dan efisiensi kerja.
e)
Kurang jelasnya tujuan kependidikan dirumuskan menjadi arah
atau kompas proses kependidikan di sekolah atau di luar sekolah (pendidikan
non-formal).
D.
Perbandingan karakter
akademik negara maju dan berkembang
Tentang latar belakang yang secara objektif mempengaruhi
pendidikan komparatif, ada beberapa ahli kebudayaan yang mengemukakan
pendapatnya antara lain Frederich Harbison dan Charles A. Myers dalam bukunya
berjudul “Education, Manpower and
Economic Growth, Strategis of Human Resource Development”. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhinya, antara lain:
1.
FAKTOR HISTORIS
Menurut
Harbison dan Myers, faktor sejarah pertumbuhan masyarakat ditentukan oleh 3 hal
yang saling berkaitan yaitu pendidikan, kemampuan manusia dan pertumbuhan
ekonomi. Atas dasar pandangan diatas, Harbison dan Myers membagi negara-negara
di dunia ini menjadi 4 tingkat pertumbuhan sebagai berikut:
a.
Negara yang belum berkembang (Under Developed countries).
Negara yang tergolong dalam kategori ini adalah negara-negara Saudi Arabia,
Ethiopia, Sudan, dan Afganistan (Sebelum ditemukan sumber minyak di Arab
seperti terdapat di Saudi Arabia yang saat ini termasuk negara yang ekonominya
kuat, meskipun pendidikan dan kemampuan manusianya masih belum tinggi). Juga
Afganistan, dan Ethiopia yang dilanda perang saudara akibat ekspansi politik
militer komunis Rusia yang ingin mendominasi negara-negara tersebut. Namun
dibanding dengan beberapa negara lainnya di Afrika Tengah dan Barat Daya,
ketiga negara yang disebut oleh Harbison dan Myers diatas, lebih maju dari
dugaan semua.
b.
Negara-negara yang sebagian bidang kehidupannya telah
mengalami kemajuan (The partially
Developed countries), seerti Libya, Tunisia, Libanon (sebelum dilanda perang
saudara yang dahsyat), Pakistan, dan Irak. Negara-negara tersebut dianggap oleh
Harbison dan Myers sebagai negara yang sedang mulai menginjak tahap kemajuan
dalam bidang tertentu. Kemudian di masa sekarang, tidak menutup kemungkinan
negara-negara tersebut akan mengalami kemajuan lebih lanjut berkat pendidikan
yang makin maju.
c.
Negara-negara yang sedang mengalami setengah maju, yaitu
negara-negara yang telah memastikan diri di dalam proses kemajuan yang rational
lebih besar dari negara-negara yang tersebut pada no.2 di atas, sebagai contoh
negara India, Mesir, Yugoslavia, dsb.
d.
Negara-negara yang telah mengalami kemajuan yaitu
negara-negara yang telah memasuki tingkat kemajuan yang besar seperti Uni
Soviet, Perancis, Inggris, Denmark, AS, dsb.
Ukuran
yang digunakan oleh Harbison dan Myers terhadap pengklasifikasian negara
tersebut di atas didasarkan atas 3 faktor : pendidikan, kemampuan manusia dan
pertumbuhan ekonomi, dibandingkan secara relatif dengan negara-negara lain.
Sedang
Bronfenmajer menganggap bahwa pertumbuhan secara historis negara-negara di
dunia ini cukup diklasifikasikan ke dalam 2 macam saja, yaitu:
1)
Negara yang telah maju, dan
2)
Negara tradisional; yaitu negara yang sedang megalami
proses menuju kemajuan.
Pendapat Bronfenmajer tersebut didasarkan pada pandangan
bahwa masyarakat yang maju telah sampai pada tingkat yang tinggi dimana
terdapat landasan sistem khusus yang fundamental. Sedangkan pada negara0negara
yang menginjak periode transisi, masyarakatnya sedang berjalan di dalam proses
kemajuan atau sedang berada dalam masa transisi yang sedang terjadi
perubahan-perubahan struktural dan kultural menuju ke arah modernisasi
masyarakt yang masih terbelakang dengan sasaran menuju menuju kemajuan.
Dalam negara-negara tersebut terdapat hakekat poko yang
bersumber sejarah di belakang kemajuan atau keterbelakangannya. Negara-negara
yang telah maju pada mulanya juga mengalami masa transisi melalui tahap-tahap
pembangunan dari waktu ke waktu berdasarkan ilmu dan teknologi seperti di
negara-negara Eropa Barat, ilmu dan teknologi dikembangkan melalui
penelitian-penelitian dan observasi ilmiah dan teknologis.
2.
FAKTOR GEOGRAFIS
Tuntutan hidup akibat pengaruh faktor geografis ini
mempengaruhi pula sistem kependidikan yang diperlukan di negara-negara yang
bersangkutan. Pengaruh tersebut terlihat dari 2 aspek, yaitu:
a.
Aspek Klimatologis atau iklim.
Dari aspek klimatologis nampaklah pengaruh terhadap
beberapa sistem operasional kependidikan yang berhubungan dengan batas-batas
usia masuk sekolah bagi anak-anak serta bentuk bangunan pergedungan sekolah
serta fasilitas yang diperlukan.
Nicholas Hans membedakan adanya 3 kelompok negara yang
berbeda iklimnya yaitu Pertama, negara-negara belahan bumi bagian utara yang
beriklim dingin (Denmark, Finlandia, Norwegia, dan Swiss). Kedua, negara-negara
sekitar Laut Tengah yang beriklim sedang (Prancis, Yunani, Italia, Spanyol),
dan Ketiga; negara-negara yang terletak di Khatulistiwa (garis ekuator) atau
yang berdekatan dengannya yang beriklim panas.
b.
Aspek lingkungan alam dan sumber kekayaan yang terkandung
di dalamnya.
Pengaruh lingkungan alam juga menyebabkan berbeda-bedanya
alat pelajaran atau alat-alat praktikum. Sehingga sistem managemen dan
pembiayaannya pun tidak sama antara satu macam lingkungan dengan lingkungan
lainnya an sebagainya. Faktor lingkungan ini nampak sekali pengaruhnya terhadap
sistem kependidikan di suatu negara, misalnya di Australia dan Amerika Serikat
dengan lingkungan geografisnya yang berbeda, maka sistem pengelolaan pengajaran
dan keuangannya pun tak sama. Di Australia sistem pengelolaan pendidikan adalah
sentralistis dan desentralis mengingat wilayahnya yang seluas Eropa, memerlukan
pengelolaan yang sentralis untuk pemerataan pendidikan di kalangan penduduk
pedesaan. Sedang di Amerika, berwilayah lebih luas lagi dengan berbagai ragam
iklim beserta beraneka ragam suku bangsa yang membentuk bangsa Amerika, ada
yang berasal dari Daratan eropa, Inggris, Amerika Latin, Asia, dan Afrika serta
suku Indian, Negro, dan sebagainya menuntut pengelolaan secara desentralisasi.
3.
FAKTOR KEHIDUPAN EKONOMI
Menurut
Nicholas Hans ada dua faktor yang saling berkaitan yaitu faktor goegrafis dan
ekonomis. Disuatu negara salah satunya paling berpengaruh terhadap sistem
pendidikan sedang yang lain kurang besar pengaruhnya terhadap sistem
pendidikan. Misalnya, di Denmark, Filandia, Norwegia, dan Swiss faktor
geografis lebih kentara pengaruhnya terhadap sistem pendidikan di negara-negara
Inggris dan Uni-Soviet, faktor ekonomis lebih menyolok pengaruhnya terhadap
sistem pendidikan.
Kita hanya
membatasi tinjauan pengaruh ekonomi terhadap sistem pengelolaan kependidikan
dilihat dari dua segi yaitu:
a.
Pembangunan bidang ekonomi.
b.
Teori ekonomi pemangunan
Pembangunan dibidang ekonomi merupakan refleksi dari kombinasi
antara sumber kemampuan manusia, alam sekitar dan sisitem kemasyarakatan serta
kebudayaannya.
Kombinasi dari tiga sumber tersebut sangat bertumpu pada
faktor geografis di mana proses kehidupan sehari-hari manusia berada di dalam
lingkupnya. Misal di Amerika serikat pembangunan dibidang ekonomi dimasing-masing negara
bagian yang berjumlah 50 buah tidak mempunyai taraf yang sama oleh karena
ketiga sumber kekuatan sumber kekuatan tersebut tidak sama antara satu yang
satu dengan lain negara bagian.
Akibatnya tingkat kemampuan anggaran pembiayaan
kependidikan berbeda antara mereka. Dari kemampuan ekonomis yang berbeda itu
menimbulkan kebijaksanaan pengelolaan sistem kependidikan di 50 negara bagian.
Dilihat dari proses kehidupan manusia sebelum timbulnya
revolusi industri pada abad 18 kehidupan manusia bertumpu pada ekonomi
pertanian yang dilakukan secara tradisional tanpa menggunakan mesin. Jadi
sisitem kependidikan di negara agraris diciptakan untuk mendukung pelaksaan
program kependidikan pertanian, karena ekonomi pertanian merupakan tulang
punggung masyarakat.
Akan tetapi setelah muncul revolusi industri pada abad 18
maka orientasi kehidupan manusia berubah kepada orientasi kehidupan ekonomi
industri di kota-kota yang ditandai berkembangnya mesin-mesin tenaga uap yang
makin disempurnakan berdasakan penemuan-penemuan baru dibidang ilmu dan
teknologi.
Orang tidak bekerja diladang menggarap tanah secara
tradisional tetapi mulai mencari efisiensi ekonomis dengan sedikit menggunakan
tenaga dan biaya untuk mendapatkan hasil yang lebih besar. Maka timbulah gaya
kehidupan baru yang memanfaatkan dan mengekploitasikan tenaga mesin untuk
kepentingan perkembangan hidup dalam segala bidang.
Di lain pihak di negara yang telah maju teknologinya
membentuk sistem kependidikan yang mampu mendukung dan mengembangkan ilmu dan
teknologi yang telah ada agar lebih maju lagi, sedang dilain pihak , di negara
yang sedang berkembang membentuk pula sistem kependidikannya agar mampu
mengarahkan dan mengembangkan generasi mudanya untuk mempelajari
industri-industri dan teknologis dari negara majhu supaya negara maju tidak
ketinggalan dari proses perkambangan modern dalam bidang ilmu dan teknologi.
Oleh karena itu tuntutan hidup manusia telah berubah dari
kebutuhan taraf hidup agraris ke taraf hidup industrial teknologis, maka
program kependidikan yang diperlukan juga mengalami perubahan dalam sistem dan
metodenya.
Teori ekonomi yang dijadikan pedoman pembangunan ekonomi
masyarakat di negara-negara di dunia ini dapat dibagi menjadi 3 macam kategori
yaitu;
1.
Teori ekonomi liberal yang menimbulkan sistem kapitalis,
yang pada prinsip kecuali memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada setiap
orang untuk berusaha sesuai dengan hak asasi nya, juga usaha dibidang ekonomi
dan perdagangan itu terlepas dari campur tangan pemerintah masing-masing.
2.
Teori ekonomi sosialis yang mengajarkan bahwa secara
ekonomi masayarakat hidup dengan sistem ekonomi komunal, tidak ada hak
perorangan dan tidak ada kebebasan berusaha. Manusia hidup dalam pola sama rasa
sama rata. Semua sektor ekonomi berada di tangan pemerintah dalam kekuasaan
partai komunis.
3.
Negara-negara non-blok yaitu negara-negara yang memegangi
sistem ekonomi yang didasarkan atas pandangan hidupnya sendiri, tidak menganut
sistem-sistem ekonomi di negara blok barat dan timur. Mereka membangun dirinya
sendiri dengan landasan dan kekuatan dari sistem atau struktur ekonomi yang
dianggap sesuai dengan kepribadiannya.
4.
POLITIK NEGARA
Di dalam sistem kependidikan, politik negara adalah
merupakan kompas yang dijadikan pedoman dalam langkah-langkah
pengelolaannya.oleh karena itu program-program kependidikan di lembaga-lembaga
kependidikan harus dikelola menjadi pusat-pusat pendidikan generasi muda yang
mampu meneruskan perjuangan politik bangsa dalam mencapai cita-cita akhir yang
telah diputuskan oleh politik negaranya.
Sisetm kependidikan sebagai sarana mencapai cita-cita
negara menurut Plato dan Aristoleles “adalah merupakan bagian dari
keputusan-keputasan pemerintah” yang di negara komunis secara mutlak diputuskan
oleh pemerintah diktator komunis seperti di Rusia, di Yugoslavia, RRC, dan
sebagainya.
Berbeda dengan di negara demokrasi liberal yang diberikan
kebebasan menyelenggarakan sistem kependidikan sesuai cita-citanya, sepanjang
tidak bertentangan undang-undang yang berlaku. Hanya kelemahannya dimasyarakat
demokratis liberal itu antara lain orang tidak dapat menikmati hasil
kependidikan yang sama mutu kemampuannya karena tidak adanya standar kurikulum
yang seragam bagi semua lembaga kependidikan.
Jelasnya di negara-negara demokrasi liberal seperti di
negara-negara Eropa Barat masyarakat diberi kebebasan berpolitik yang luas
termasuk kebebasan berpolitik pendidikan. Di negara-negara totaliter komunis
seperti negara Eropa Timur, rakyat tidak memperoleh kebebasan berpolitik
pendidikan apalagi kebebasan berpolitik kenegaraan.
5.
FAKTOR KEHIDUPAN AGAMA
Agama yang dipeluk oleh rakyat suatu negara menduduki
tempat penting dalam sistem kehidupan masyarakat. Tidak ada satu masyarakatpun
dimuka bumi ini yang sama sekali terlepas dari kehidupan agama, betapa
kecilpun pengaruh itu.
Sebaliknya agama yang dipeluk oleh rakyat masing-masing
negara tidak sama perannya dalam mempengaruhi sistem kehidupan masyarakatnya.
Perbedaan peranan ini disebabkan oleh perbedaan peranan yang diberikan oleh
politik negara yang bersangkutan. Sehingga nampak jelas ruang lingkup kehidupan
beragama masyarakat dalam konstelasi kehidupan berpolitik dari bangsa yang
bersangkutan. Bilamana politik negara memberikan kebebasan kepada rakyatnya
untuk memeluk dan menyiarkan agama, maka berarti agama ikut berperan dalam
pembinaan bangsa. Peranan demikian diintegrasikan ke dalam sektor kehidupan
masyarakat melalui sistem pendidikan. Akan tetapi bila sebaliknya, rakyat tidak
diberi kebebasan untuk memeluk agama dan mendakwahkannya, maka agama tidak
diberi kesempatan untuk berperan pada semua sektor kehidupan masyarakat.
Mengingat peranan dan pengaruh agama dalam kehidupan
masyarakat disuatu negara maka dikaitkan dengan sistem kependidikan yang
dikembangkan dalam suatu masyarakat, dapat dibedakan dampaknya dalam 3 kategori
sebagai berikut :
a.
Negara yang menindas kehidupan beragama secara mutlak
menguasai sistem kependidikan.
b.
Sekelompok negara yang memberikan kebebasan agama, dalam
negara-negara tersebut sekolah agama diberi kebebasan berkembang tanpa campur
tangan pemerintah, disamping sekolah-sekolah pemerintah.
c.
Sekelompok negara mengelola sistem kependidikan atas dasar
kerjasama antara pihak pemerintah dengan organisasi keagamaan.
6.
FAKTOR KESUKUAN
Pengaruh
kesukuan dibeberapa Negara terhadap system pendidikan menyebabkan timbulnya
pemisahan dan perpecahan kehidupan masyarakata atau bangsa kedalam
golongan-golongan yang saling
berkonfrontasi antara yang satu dengan yang lain.
Dibeberapa
Negara seperti Amerika Serikat perbedaan warna kulit menyebabkan pemisahan
system pendidikan yang dapat menimbulkan sentiment rasialis. Keadaan demikian
Nampak nyata sekali di daerah bagian selatan wilayah Amerika Serikat dimana
kelompok rasial berkulit hitam dipandang rendah derajatnya karena secara
historis, golongan ini berasal mula sebagai budak dari Afrika yang dibawa oleh
golongan kulit putih ke daerah-daerah pertanian di selatan.
Tidak hanya
karena faktor historis golongan kulit hitam dipandang rendah derajatnya, tapi
karena faktor cultural dan antropologis-biologis mereka dipandang tidak mampu
untuk berkehidupan seperti bangsa kulit putih, lebih beradab atau lebih cerdas
otaknya.
7.
TINGKAT KEMAJUAN PERADABAN
Setiap Negara
atau bangsa di dunia memiliki kemampuan yang berbeda dalam membangun dirinya
sendiri untuk mencapai tingkat kemajuan [peradaban bangsa itu sendiri. Ada tiga
faktor utama yang menjadi dasar kemajuan itu, yaitu:
1)
Kemampuan manusia sendiri
Manusia dalam pembangunan menrupakan faktor strategis dalam
upaya meningkatkan taraf kehidupan bangsa. Dengan tingkat kemampuan ilmiah dan
teknologinya manusia mampu memanfaatkan dan mengelola kekayaan lingkungan
hidupnya, maka dari itu suatu negara yang memiliki penduduk banyak berarti memiliki sumber daya yang besar untuk
pembangunan bila sumber daya itu memiliki kemampuan dan kreativitas tinggi dan
sebaliknya.
2)
Tingkat kependidikan
Tingkat pendidikan berarti tingkat ilmu dan kemampuan serta
kehidupan mental manusia sebagai hasil proses kependidikan telah sampai pada
ukuran yang diperlukan bagi pengembangan hidup masyarakat pada taraf tertentu.
Tinggi rendahnya tergantung pada harapan masyarakat itu sendiri, oleh karena
itu, manusia sebagai anggota masyarakat memerlukan system kependidikan yang
mampu merealisasikan harapan atau cita-cita masyarakat dalam perjuangan
mencapai tingkat hidup di segala bidang.
3)
Pertumbuhan system kelembagaan masyarakat
Antara kemampuan manusia dan system kelembagaan masyarakat
saling mempengaruhi. System kelembagaan pada masyarakat modern merupakan wahana
yang diperlukan untuk membangun masyarakat oleh karena itu, system ini harus
memiliki mekanisme kerja yang dapat mengambangkan kemampuan manusia dalam
masyarakat. System kelembagaan tersebut mencakup semua sector kegiatan
kehidupan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan komparatif sebagai ilmu dalam dunia pendidikan
pada khususnya dan dunia ilmu pengetahuan pada umunya mempunyai kedudukan
penting. Tidak saja orang-orang yang bekerja dalam dunia kependidikan yang
dapat memetik manfaat ilmu pendidikan komparatif, akan tetapi juga mereka yang
mempunyai minat dan profesi dalam bidang-bidang ilmu sosial (social sciences)
seperti para ahli sosiologi, ahli kebudayaan, dan ahli sosial politik dan
sebagainya. Khusu bagi orang-orang yang berkecimpung dalam dunia kependidikan,
studi pendidikan komparatif dapat memberikan berbagai bentuk manfaat,
diantarannya adalah kemanfaatan dalam segi akademis ilmiah, kultural
(kebudayaan), humanistis, kepuasan intelektual (akal fikiran), dan keuntungan
operasional.
Satu faktor yang sangat penting untuk dicatat adalah bahwa
semua bangsa manapun di dunia modern saat ini selalu mendambakan pendidikan
sebagai sarana pembudayaan mereka yang harus berwatak lentur (fleksibel)
terhadap perkembangan kemajuan zamannya. Suatu bangsa tanpa pendidikan adalah
bangsa yang tidak dinamis bahkan dapat dikatakan sebagai bangsa yang tidak
mampu mengembangkan dirinya sendiri atau tidak mampu menolong dirinya sendiri,
terutama bila dikaitkan dengan bangsa-bangsa lain yang telah maju teknologinya.
Faktor pendidikan suatu bangsa, tidak lepas dari
faktor-faktor lain yang juga mempengaruhinya. Selain mempengaruhi latar
belakang sistem kependidikan, faktor-faktor tersebut dapat menjadi pembeda yang
cukup nyata antara negara-negara maju dan negara-negara berkembang.faktor
tersebut antara lain seperti, faktor historis, geografis, faktor kehidupan
ekonomi, politik negara, kehiupan agama, faktor kesukuan, dan tingkat kemajuan
peradabannya. Untuk mencapai kualitas yang tinggi dalam hidup dan kehidupan
itu, satu-satunya jalan ialah peningkatan mutu dan kedayagunaan serta hasil
guna kependidikan. Itulah sebabnya, sitem dan pola pendidikan nasional
masing-masing negara juga harus lentur terhadap tuntutan kurikulum dan metode
kependidikannya, beserta pendidik-pendidik harus peka dan tanggap terhadap
aspirasi dari tuntutan kemajuan itu.
B. Saran
Untuk
melakukan suatu pendidikan komparatif, dimana akan membandingkan sistem
pendidikan yang berlaku pada suatu bangsa, diperlukan penguasaan pengetahuan
yang berhubungan dengan hal-hal berikut:
1.
Mengetahui tentang sistem kependidikan dan pengajaran dari
negara yang dipelajari.
2.
Mengetahui tentang pemikiran (konsep) dan teori kependidikan
yang diamalkan serta diterapkan dalam masyarakat dinegara yang dipelajari.
3.
Mengetahui tentang sejarah pendidikan dari negara yang di
pelajari, namun tidak terlalu terpaku pada soal ini, melainkan menjadikan
sejarah pendidikan itu sekedar untuk mendapatkan penjelasan mengenai
problema-problema kependidikannya.
4.
Memiliki pengetahuan yang cukup banyak dan menyeluruh
tentang segala hal yang ada hubungannya dengan kehidupan masyarakat yang
dipelajari.
5.
Mempunyai kemampuan menghubungkan antara sebab dan akibat
serta faktor-faktor kebudayaan yang ada di balik problema-problema yang nampak
dalam sistem kependidikan dan pengajaran yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Assegaf,
Rachman. 2003. Internasionalisasi
Pendidika: Sketsa Perbandingan Pendidikan di Negara-Negara Islam dan Barat. Yogyakarta:
Gama Media.
http://anan-nur.blogspot.com/2011/02/pendidikan-di-negara-berkembang.html (diakses pada tanggal 3 Oktober 2011 pukul
11:06)
http://benni888to3ngkal.wordpress.com/2009/02/13/peran-pendidikan-ilmu-pengetahuan-dan-teknologi-di-negara-berkembang/ (diakses
pada tanggal 3 Oktober 2011 pukul 11:23)
http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/30/capacity-building-pendidikan-tinggi-negara-berkembang/ (diakses
pada tanggal 3 Oktober 2011 pukul 11:17)
http://kritisfrombali.blogspot.com/2011/08/karakter-akademik-kajian-budaya.html (diakses pada tanggal 3 Oktober 2011 pukul
10:58)
http://mandikdasmen.kemdiknas.go.id/web/pages/urgensi.html (diakses pada tanggal 3 Oktober 2011 pukul
10:40)
http://mustafatope.wordpress.com/2011/08/02/urgensi-pendidikan-karakter/ (diakses pada tanggal 3 Oktober 2011 pukul
10:38)
http://romansyah2006.wordpress.com/2009/09/04/perkembangan-teknologi-informasi-dan-komunikasi-di-bidang-pendidikan-di-indonesia/ (diakses
pada tanggal 3 Oktober 2011 pukul 11:28)
http://superartikel.com/2010/04/16/firlandia-negara-yang-memiliki-sistem-pendidikan-terbaik-di-dunia/
(diakses pada tanggal 6 Oktober 2011 pukul 17:19)
http://www.scribd.com/doc/39654098/Perbedaan-Sistem-Pendidikan-Di-Negara-Maju-share
(diakses pada tanggal 6 Oktober 2011 pukul 18:09)
Imron,
Ali. 2008. Kebijaksanaan Pendidikan di
Indonesia: Proses, Produk, dan Masa Depannya. Jakarta: Bumi Aksara.
0 komentar:
Posting Komentar