Pages

Rabu, 19 Desember 2012

Marxisme oleh Karl Max


BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah proses untuk memberikan manusia berbagai macam situasi yang bertujuan untuk memberdayakan diri. Maka ini mengandung banyk aspek yang akan dipelajari. Aspek – aspek dalam pendidikan adalah:
1.      Penyadaran
2.      Pencerahan
3.      Pemberdayaan
4.      Pembahasan perilaku
Selain dari makna di atas, pendidikan dapat diartikan sebagai proses pembelajaran seumur hidup yang mana dalam kehidupan itu sendiri mengandung makna pendidikan. Pengalaman belaajr dapat berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hayat. Pendidikan adalah segala sesuatu dalam kehidupan yang mempengaruhi pembentukan berfikir dan bertindak seorang individu. Dalam waktu yang panjang dan saling berhubungan dengan perubahan – perubahan cara berfikir masyarakat juga dituntut untuk menjadi pembentuk seorang individu.
Pendidikan merupakan proses akhir yang diupayakan oleh siapapun, terutama (sebagai tanggung jawab) negara. Sebagai sautu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan ilmu pengetahuan, pendidikan telah ada seiring dengan lehirnya peradaban manusia. Dalam hal ini pendidikan terletak pada perkembangan corak sejarah manusia. Sehingga tidak mengherankan jika seorang Karl Marx berfokus pada kontradiksi – kontardiksi dalam masyarakat sebagai bagian dari perkembangan masyarakat.
Marxisme merupakan sebuah pemikiran yang dicetuskan oleh Karl Marx. Pemikiran Marx ini sangat berpengaruh di seluruh dunia sejak dicetuskannya hingga saat sekarang ini. Salah satu pemikirannya yang terkenal adalah kelas buruh dan petani (proletariat) mesti berjuang agar dapat membebaskan diri dari penindasan kelas borjuis. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk membebaskan diri adalah melalui pendidikan.
Pendidikan adalah salah satu cara untuk mengentaskan manusia dari keterbelakangan ekonomi dan pengetahuan. UU no. 20 tahun 2003 juga merumuskan hakekat pendidikan sebagai usaha sadar dan terncana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya di masyarakat, bangsa dan negara.
Oleh karena pentingnya pendidikan ini maka Karl Marx mengatakan bahwa pendidikan merupakan sebuah keharusan bagi manusia agar manusia dapat memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang. Ini berarti pendidikan adalah sesuatu yang tidak boleh dilewatkan karena pendidikan membimbing setiap orang untuk mencapai sesuatu yang lebih baik. Itulah sebabnya setiap orang mengharapkan untuk mengeyam pendidikan setinggi dan sebaik mungkin.
Namun, sejak pemerintahan Soeharto Marxisme dianggap momok yang ditakuti di negeri ini. Bahkan tindakan yang bertentangan dengan pemerintah dianggap sebagai pengaruh marxisme atau komunis sehingga mesti dibasmi.
Sebenarnya, marxisme adalah salah satu paham di antara beberapa paham lain yang memang pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Namun, representatif penguasa yang hegemonik dan akibat trauma sejarah menjadikan paham marxisme selalu dianggap tidak rasional. Berbeda dengan paham kapitalisme, yang dianggap menyejahterakan rakyat, tetapi ternyata telah membawa dampak buruk pada masyarakat dunia termasuk di negeri ini. Terbukti, tidak semua anak di negeri ini yang dapat mengenyam pendidikan secara layak. Bahkan telah tereduksi akibat ekonomi pasar dunia.





  1. Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pokok ajaran Marxisme yang merupakan gagasan yang dicetuskan oleh Karl Max?
2.      Bagaimana pengaruh ajaran Marxisme dalam pendidikan?
3.      Bagaimana pendidikan Marxis - Sosialis sebagai kritik terhadap pendidikan  marginal?
4.      Bagaimana kritik terhadap paham Marxisme yang berkembang?   

  1. Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui  pokok ajaran Marxisme yang merupakan gagasan yang dicetuskan oleh Karl Max
2.      Untuk mengetahui pengaruh ajaran Marxisme dalam pendidikan
3.      Untuk mengetahui pendidikan marginal yang seharusnya dilakukan menurut Kar Marx
4.      Untuk mengatahui kritik terhadap ajaran Marxisme
















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pokok – Pokok Ajaran Marxisme
“Upaya praktis, sekalipun dilakukan massa, dapat dijawab dengan meriam begitu upaya – upaya tersebut berubah membahayakan, namun gagasan yang melampaui intelektualitas dan mengalahkan keyakinan kita, gagasan – gagasan yang akrena alasan tersebut telah membelenggu kesadaran kita, adalah rantai yang tidak dapat dilepaskan orang tanpa mematahkan hatinya; itu semua adalah hantu yang hanya dapat dikalahkan orang dengan cara tunduk kepadanya”. (Marx, 1842) dalam George Ritzer dan Douglas J Goodman

Dari beberapa sumber yang didapat, terdapat beberapa  pandangan Karl Marx yang berkembang dalam masyarakat, yaitu:
1. Materialisme historis dan materialisme dialektis
Materialisme historis adalah tingkat perkembangan ekonomi manusia sepanjang sejarah. Materialisme adalah benda sebagai kenyataan pokok. Sejarah merupakan panggung pertempuran gagasan-gagasan manusia. Marx juga mengatakan bahwa bukan kesadaran manusia yang menentukan keadaan sosial melainkan sebaliknya keadaan sosiallah yang menentukan kesadaran manusia.
Untuk memahami sejarah maka seseorang perlu memahami bagaimana manusia bekerja dan menghasilkan sesuatu. Melalui kerja inilah muncul kesadaran manusia. Menurut pemahaman Marx, cara produksi yang memengaruhi karakter dalam kehidupan sosial, politis, dan spiritual. Kekuatan produksi lambat laun akan membelenggu setiap orang yang terlibat di dalamnya. Hal ini akan mengakibatkan tranformasi yang revolusioner dari kaum proletar, kaum yang paling rendah kedudukan sosialnya. Kalau kaum borjuis dapat dihilangkan maka konflik tidak akan muncul lagi. Dengan demikian sejarah manusia yang merdeka dimulai, suatu mayarakat yang tidak mengenal kelas.
Dalam hubungannya dengan materialisme dialektis, Marx mengatakan bahwa masyarakat terdiri dari 3 kelompok: feodalisme diwakili oleh tuan tanah, kapitalisme diwakili oleh pengusaha industri, dan sosialisme yang diwakili oleh penerima upah. Kelompok yang ketiga inilah yang banyak memberi keuntungan lebih daripada dua kelompok sebelumnya.
Untuk mengubah dunia menurut Marx, kaum proletar harus mengenal materi yang dihadapinya. Mereka mesti memahami bahwa sistem industri modern, di mana mereka tetap diinginkan oleh kaum borjuis untuk berdiri sebagai sebuah kelas, merupakan kelaliman kaum kapitalis. Padahal sebenarnya, lanjut kata Marx (dalam Ismail Banne Ringgi), manusia itu bijaksana, kreatif dan merdeka. Pembebasan suatu kelompok manusia dari kelompok manusia lainnya adalah sebuah perjuangan yang tidak dapat dihentikan.
2. Teori kelas
Dalam The Communist Manifesto Marx bersama Engels mengatakan bahwa sejarah manusia adalah sejarah perjuangan kelas. Di dalam masyarakat ada dua kelas: kelas borjuis adalah kelas yang menguasai alat-alat produksi dan yang mengeksploitasi kelas yang kedua; kelas proletar adalah kelas yang tidak memiliki alat produksi dan selalu dieksploitasi.
Teori kelas ini memunculkan 3 implikasi: pertama, besarnya peran segi struktural mengakitbatkan terjadinya perubahan sikap dalam mengakhiri konflik dan perubahan struktur ekonomi. Kedua, adanya pertentangan dasar kaum borjuis dan proletar mengakibatkan kaum proletar cenderung mengambil sikap revolusioner sedangkan kaum borjuis cenderung ingin mempertahankan status quo. Ketiga, kemajuan dalam masyarakat hanya dapat dicapai melalui gerakan revolusioner. Pembebasan kaum proletar bukanlah sebuah klaim untuk mendapatkan hak khusus dari kaum borjuis melainkan sebuah hak asasi yang telah dianugerahkan sejarah kepada mereka.
3. Teori nilai
Ada beberapa teori nilai: pertama, teori nilai tentang pekerjaan yakni nilai ekonomis tenaga kerja berdasarkan kuantitas kerja yang terdapat dalam komoditi. Kedua, teori nilai tenaga upah buruh mesti sebanding dengan kebutuhan buruh tersebut. Dari teori ini dapat diketahui tingkat ketidakadilan dalam sistem kapitalisme. Ketiga, teori nilai lebih yakni ketidaksimbangan antara energi yang dikeluarkan seorang buruh dengan jumlah yang dibayarkan untuk seorang buruh.
4. Mode of Production
Mode of production adalah kombinasi kekuatan-kekuatan produksi, relasi dan teknik produksi, dan relasi antar kelas sosial. Di sini Marx menilai bahwa keuntungan yang diperoleh oleh sistem kapitalis terdapat pada cara pengorganisasian mekanisme produksi. Kejahatan kapitalisme di sini adalah petani tidak mendapat akses langsung terhadap pemilikan alat produksi. Marx melihat bahwa kaum proletar yang ditindas oleh kaum borjuis demi kepentingan kaum borjuis sendiri adalah sebuah pemutarbalikan tentang hakekat manusia. Oleh karena itu, kaum borjuis ditakdirkan untuk lenyap.
5. Base and super-structure
Bangunan bawah (base) adalah tenaga produktif dan hubungan produksi, misalnya pertanian, kerajinan, industri, dll. Tenaga produksi ini menyangkut kekuatan-kekuatan yang dipakai manusia untuk mengubah alam. Sementara hubungan produksi adalah pembagian kerja manusia dalam produksi. Marx melihat bahwa yang menentukan hubungan-hubungan produksi adalah tenaga-tenaga produksi. Pada bangunan bawah inilah dibangun apa yang disebut bangunan atas (super-structure). Bangunan atas adalah tatanan institusional, misalnya negara, dan tatanan kesadaran kolektif. Tatanan institusional adalah semua lembaga yang mengatur kehidupan masyarakat. Kesadaran kolektif adalah sistem kepercayaan, norma, dan nilai. Marx melihat bahwa tatanan institusional dan tatanan kesadan kolektif selalu mendukung kelas atas.
6. Alienasi
Menurut George Ritzer  (2004:37), alienassi terdiri dari empat unsur, yaitu
a.          Para pekerja dalam masyarakat kapitalis teralienasi dari aktivitas produktif mereka.
b.      Pekerja tidak hanya teralienasi dari aktivitas produktif tetapi juga teralienasi dari tujuan aktivitas tersebut-produk.
c.          Para pekerja dalam kapitalisme teralienasi dari sesama pekerja. Asumsi Marx bahwa manusia pada dasarnya membutuhkan dan menginginkan bekerja secara kooperatif untuk melangsungkan kehidupannya.
d.      Para pekerja dalam masyarakat kapitalis teralienasi dari potensi kemanusiaan. Bekerja tidak lagi menjadi transformasi dan pemenuhan sifat dasar manusia. Akan tetapi membuat seolah manusia tidak merasa sebagai manusia seutuhnya.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahawa alienasi terjadi ketika manusia tidak mencapai apa yang diharapkannya. Sistem kapitalis, dengan berbagai perbaikan dan perluasan, sehingga menghasilkan kaum intelektual, moral, dan kepercayaan yang menjadi kekuatan bagi kapitalisme. Sementara kaum proletar nilainya menjadi berkurang sampai hanya menjadi sebuah komoditas. Hal ini yang mengakibatkan perlawanan dari kaum proletar. Di sini kepentingan kelas sosial selalu bertentangan sehingga menjadi terasing satu dari yang lainnya.
Suroso mengutip pendapat Marx yang mengatakan bahwa alienasi adalah hakikat batin manusia yang menceraikan manusia satu sama lain. Manusia tidak dapat merealisasikan diri dalam pekerjaan yang mereka lakukan karena alienasi ini. Seharusnya, menurut Marx, kerja dinikmati setiap orang agar memberi kepuasan.
Oleh karena itu menurut Marx, seperti yang ditulis Isaiah Berlin, pendidikan dibutuhkan bagi kaum proletar agar mereka dapat menyadari keberadaan mereka dan bagaimana memperjuangkan hak mereka. Kebebasan sejati tidak dapat dicapai apabila mereka tidak dibuat rasional, yaitu mampu membedakan pemahaman yang baik tentang majikan dan budak. Sebab jika seseorang tidak tahu arah perjuangannya, lanjut Marx, maka sebenarnya ia mengarah kepada kehancuran sendiri.
                                                                           
B.     Pengaruh Ajaran Marxisme dalam Pendidikan
Setelah mengetahui ajaran  pokok dari Karl Marx di atas, dapat diketahui bahawa ajaran tersebut mempengaruhi perkembangan pendidikan. Dalam pandangan Marxisme diusahakan lapisan masyarakat dapat memperoleh pendidikan yang layak dan setara. Sehingga tujuan penddikan yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 dapat tercapai.
Ozmon dan Craver mencatat beberapa pandangan Marxisme pada komponen-komponen pendidikan( dalam Ismail Banne Ringgi) adalah sebagai berikut:

1. Pendidik
Menurut Marx, seorang pendidik adalah seseorang yang berpendidikan dan sudah dididik untuk sebuah tujuan mengubah keadaan manusia. Lenin dan Stalin mengatakan bahwa sekolah menjadi senjata yang tergantung pada siapa yang memegangnya. Artinya, keberhasilan seorang peserta didik sangat ditentukan oleh siapa yang mengajarnya di sekolah. Marx mengkritik guru-guru dalam pola pendidikan kapitalis yang mempertahankan status quo melalui pengajaran mereka.
2. Peserta didik
Menurut Marxisme, peserta didik adalah para buruh, berumur tujuh tahun ke atas, yang didik agar mereka dapat mengusai pekerjaan mereka. Kemudian anak-anak para buruh, laki-laki dan perempuan, juga dididik sebelum mereka berumur 9 tahun. Anak-anak mesti dibebaskan dari ekploitasi kerja untuk bersekolah dengan biaya pendidikan gratis.
Dalam pandangan Marx, sistem pendidikan kapitalis keliru oleh karena pengajaran diberikan kepada peserta didik hanya untuk memenuhi kepentingan kaum borjuis. Sehingga tidak semua kaum proletar dapat mengenyam pendidikan.
3. Kurikulum
Sehubungan dengan kurikulum, Marxisme mengatakan bahwa sistem pendidikan tidak adil dalam masyarakat yang tidak setara. Salah satu pengikut Marx, Louis Althusser, mengatakan bahwa dalam sistem pendidikan kapitalis menjadikan para guru sebagai agen kapitalis di dalam kelas mereka. Mereka menghasilkan peserta didik yang sesuai keinginan para guru tersebut.
Menurut Marx ada dua mata pelajaran tatabahasa dan fisika yang diajarkan di sekolah. Kedua mata pelajaran ini berkaitan erat dengan kegiatan sebagai buruh. Selain itu perlu juga diajarkan pendidikan mental, pendidikan fisik, dan pelatihan teknologi. Hal mana kemudian ditindaklanjuti di Rusia dengan mendirikan pendidikan politeknik agar manusia dapat menguasai industri.
Kurikulum yang diterapkan oleh para Marxist kemudian mengalami perkembangan. Menurut Friere, bahan-bahannya pembelajaran diambil dari pengalaman sehari-hari. Di Rusia, pelajaran yang dimasukkan dalam kurikulum adalah pekerjaan Lenin dan revolusi, penekanan pada identitas sebagai orang Rusia, termasuk moralitas komunis yang didasarkan pada etika Marxisme. Etika Marxisme meliputi kehidupan bersama dan komunisme. Jadi politik, moral, dan teori pendidikan diajarkan secara berbarengan.
Menurut Etika Marxisme, norma-norma etis yang dimiliki oleh suatu masyarakat atau kelas tertentu, bukan merupakan nilai-nilai yang bedasarkan pernyataan/wahyu ilahi atau hukum-hukum yang abadi, melainkan mencerminkan dan berakar dari keadaan materil masyarakat. Oleh karena itu, keadaan dan struktur masyarakat harus diubah dari masyarakat kelas ke masyarakat sosialis, supaya bangsa dan manusia yang direpresentasikan oleh kaum proletar dapat mengembangkan semua potensinya yang selama ini hanya dieksploitasi untuk kepentingan-kepentingan kelas borjuis.
4. Metode
Paulo Friere, seorang marxist dari Brasil, mengatakan bahwa pendidikan di dasarkan pada pembebasan dan dialog serta sebuah pandangan kritis terhadap pendidikan tradisional. Ia memperkenalkan apa yang disebut banking concept yaitu sebuah pendekatan di mana guru memilih isi yang akan diajarkan dan peserta didik menyerapnya. Bagi Friere, pendidikan itu laksana sebuah bank penyimpanan pengetahuan pada peserta didik. Peserta didik berada di bawah guru selaku orang yang menyimpan pengetahuan.
Dengan demikian peserta didik bergantung sepenuhnya kepada guru. Pada kondisi seperti itulah guru dapat mengubah kesadaran seorang peserta didik tanpa mengubah kondisi sosial, politik, dan ekonomi seorang peserta didik. Ia juga mengusulkan sebuah metode yang disebut problem-posing method.
Melalui problem-posing method peserta didik lebih aktif. Proses belajar mengajar terjadi secara dialogis, yang dimulai dari pengalaman yang dialami peserta didik kemudian dikembangkan dalam lingkup yang lebih luas. Dengan metode ini, Friere melihat bahwa akan membangkitkan kesadaran peserta didik karena peserta didik akan melihat bagaiman mereka hidup di dunia yang sedang berkembang. Singkatnya, menurut Friere, kesadaran kritis akan menuntun kepada tindakan yang kritis.


5. Hasil akhir pendidikan
Dalam pendidikan berbasis Marxisme, tujuan pendidikan adalah membangun karakter (character building) manusia yang tercerahkan; suatu kondisi mental yang dibutuhkan untuk membangun suatu masyarakat yang berkarakter progresif, egaliter, demokratis, berkeadilan dan berpihak terhadap kaum proletar sebagai kaum yang tertindas.
Marx mengidealkan terciptanya pendidikan kritis, radikal, dan revolusioner yang pada akhirnya mampu mencetak manusia yang sungguh-sungguh mau memperjuangkan orang yang tertindas. Pendidikan yang terjebak pada pragmatisme untuk kepentingan kapitalisme merupakan eksploitasi atas esensi terbentuknya lembaga pendidikan.
Melalui pendidikan perasaan keterasingan (alienation) manusia, yang timbul akibat kontrol produksi oleh kaum borjuis (kapitalis), dapat diatasi. Pendidikan dapat membawa manusia pada kegiatan di mana mereka dengan penuh kebebasan dan kesadaran melakukannya. Kebebasan pribadi inilah yang seharusnya menjadi program mayarakat. Marx sendiri sudah merasa bahwa kaum borjuis tidak akan menyediakan pendidikan yang memadai untuk anak-anak kaum proletar. Pendidikan bagi kelas yang berkuasa hanya untuk mengejar tujuan mereka, bukan untuk kepentingan kelompok yang dikuasainya. Sehingga tujuan yang ingin dicapai melalui pendidikan adalah kesadaran dan tujuan besama serta sebuah padangan yang penuh tujuan.

C.     Kritik Ajaran Marxisme terhadap Pendidikan untuk Kaum Marginal
Setiap pendidikan yang mendasar pada kaum marxisme (marxian) mengacu pada Karl Marx yang selalu mengubah struktur menjadi lebih mapan. Masyarakat miskin dan kaya dipisahkan karena adanya seleksi sosial. Seleksi sosial ada karena menurut ajaran marxisme masyarakat dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas pemilik modal (kaum borjuis) dan kelas buruh (marginal). Menurutnya, masyarakat bukan terdiri atas individu – individu, tetapi masyarakat terdiri dari kelas – kelas, yang disebut dengan kelas sosial.
Hubungan dalam bidang ekonomi yang terjadi antara kedua kelas tersebut bersifat eksploitatif, karena kelas pemilik modal selalu mengandalkan kekuatan kelas buruh, sedangkan kaum buruh hanya bekerja tanpa ada kesadaran untuk berusaha menjadi lebih sukses. Sifat hubungan yang eksploitatif ini juga terlihat di dalam bidang pendidikan. Dalam pendidikan, masyarakat terbagi menjadi dua, yaitu masyarakat center dan masyarakat teritori atau pinggiran.
 Pendidikan saat ini masih dikuasai oleh kaum borjuis (pemilik modal) atau masyarakat center (perkotaan). Kenyataan ini diketahui dengan melihat kenyataan bahwa semakin buruk keadaan masyarakat, semakin buruk pula mutu pendidikan pada masyarakat tersebut. Artinya, semakin jauh tempat tinggal masyarakat dari pusat perkotaan, maka akan semakin buruk pula kualitas pendidikan yang ada di tempat tersebut.
Proses pembelajaran yang terjadi dalam masyarakat marginal adalah behavioristik. Karena itulah Marxisme ingin mengubah struktur tersebut menjadi demokratis alternatif agar siswa-siswa ‘buruh’ mempunyai kesadaran untuk lebih berusaha dengan menciptakan karya-karya yang nantinya bisa menjadikan posisi atau derajat kelas borjuis dengan kelas marginal seimbang dan sama rata dalam bidang pendidikan.
D.    Potret Pendidikan Sesuai Ajaran Marxisme
Prinsip marxisme dikaitkan dengan masalah pendidikan akan menunjukkan bahwa pendidikan sebagai proses historis dalam kehidupan manusia ditentukan oleh perkembangan masyarakat yang, tentu saja, ditentukan oleh kondisi material-ekonomis yang berkembang.
Karl Marx menempatkan pendidikan pada wilayah struktur atas (superstruktur) yang disangga (ditentukan) oleh ekonomi (hubungan produksi dan alat-alat produksi) sebagai struktur bawah (basis struktur) yag merupakan suatu fondasi perkembangan masyarakat. Dikarenakan pendidikan juga merupakan proses yang mana filsafat, ideologi, agama, dan seni diajarkan. Pendidikan adalah media sosialisasi pandangan hidup dan kecakapan yang harus diterima masyarakat (terutama anak-anak). Pendidikan juga sangat berkaitan dengan politik karena ia berada pada wilayah “atas” dari struktur masyarakat yang ada.
Sejarah ditentukan oleh perkembangan materi – materi yang merangkaikan diri dalam suatu yang disebut kekuatan produksi. Daya atau kekuatan manusia yang hakiki disebut sebagai kerja. Kerja adalah gagasan manusia yang dikonkretkn secara material melalui gerak tubuh dan diabntu alat – alat untuk mengubah alam atau menghadapi kontradiksi alam. Karena kemampuan inilah, manusia mampu baik mengubah dan mengendalikan alam dalam perubahannya sesuai dnegan keinginannya.
Dasar perkembangan pendidikan merupakan suatu hal yang bersifat materiil. Maka dengan alasan alam dan dorongan – dorongan kontradiksi dari material alam itu sendiri manusia dapat belajar. Agar dapat memperoleh sesuatu yang dapat dimakan dan memnuhi kebutuhan hidup lainnya(atau mengembangkan hidupnya) manusia berhadapan dengan alam secara terus menerus.
Itulah yang membuat Karl Marx sangat meyakini bahwa basis pendidikan adalah ekonomi, cara manusia menghadapi alam untuk memenuhi kehidupan dan mengembangkannya. Berbagai kontradiksi alam yang dijumpai dan berbagai macam kondisi adalah guru. Manusia belajar dari alam dan dari pengalaman – pengalaman yang dirasakan sehari – hari.
Pengaruh pendidikan Marxis dan turunan – turunannya (pendidikan kritis neo Marxis, pendidikan dialogis freiren, pendidikan marxis dll) merupakan aliran pendidikan yang tidak pernah mati teorinya. Ini adalah model pendidikan yang lahir sebagai tantangan terhadap model pendidikan tradisional dan liberal yang juga sangat nyata dalam praktik dan kebijakan pendidikan di berbagai negara.
Pendidikan Marxis Sosialis tidak mendefinisikan diri sebagai pendidikan formal / pendidikan dalam arti sempit. Sementara pendidikan tardisonal yang digagas dan diselenggarakan oleh kaum tradisionalis dan kaum yang menjunjung tinggi agama sebagai jawaban modernitas-termasuk agama garis keras sebagai perlawanan terhadap pendidikan dan tatanan liberal yang menurut mereka “barat”dan”kafir”-memang sangat mudah dilihat kemunculan dan penyebarannya.
Masyarakat diorganisasi dengan disangga oleh hubungan ekonomi penindasan. Hubungan sosial dibangun untuk melanggengkan tatanan yang mana sedikit orang berkuasa, sedangakn kebanyakan ornag mengalami kemiskinan. Dalam masyarakat ini sekolah (pendidikan) diorganisasi untuk mendukung masyarakat di kelas itu. Pendidikan diatur berdasarkan eksklusifitas dan anti demokrasi, yaitu hanya sedikit orang dari kelas penguasa yang mendapatkan pendidikan. Seharusnya pendidikan dapat merambah pada seluruh aspek masyarakat. Buakn hanya kaum borjis/pemilik modal. Sehingga tujuan pendidikan yang diamanatakn dalam Pembukaan UUD 1945 dapat tercapai, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Hal yang tidak hilang adalah eksklusifisme yang disangga oleh bertahannya ideologi kepemilikan pribadi. Inilah yang membuat pendidikan masih begitu eksklusif dan hanya diselenggarakan atas nama kepentingan kapitalisme : mencetak tanaga – tenaga terampil agar nantinya dapat bekerja pada pemilik modal sehingga keuntungan pemilik modal tersebut meningkat terus. Hakikat, tujuan, metode, dan budaya pendidikan mengbadi pada kapitalisme. Realita tersebut yang telah ditentang dan dilawan oleh Karl Mrx melalui pendidikan Marxis Sosialis.
Setidaknya sebagai imbangan terhadap sistem pendidikan kapitalisme yang ternyata saat ini ditengarai telah bergeser dari cita-cita awal pendidikan itu sendiri. Sebuah prinsip paling penting dari seni pengajaran yaitu “pendidikan untuk semua” (education for everyone). Meski pandangan marxisme-sosialis masih menjadi hujatan dan amat ditabukan di negeri ini, namun pada prinsipnya pendidikan marxisme-sosialis ternyata diprediksikan mampu mengatasi berbagai persoalan seputar pendidikan di tanah air akhir-akhir ini. Terlebih untuk persoalan pendidikan di negeri ini yang sudah dikomersialisasikan dan sekolah-sekolah di negeri ini yang sudah tergadaikan oleh rayuan kapitalisme sehingga anak bangsa pun kemudian menjadi banyak yang tidak bisa sekolah dengan layak.





BAB III
PENUTUP


Kesimpulan
Marxisme telah membuktikan dirinya sebagai salah satu pemikiran yang sangat berpengaruh di dalam sejarah manusia di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Marx banyak dipengaruhi oleh pemikiran sosialis-utopis yang sudah berkembang sebelumnya di beberapa negara, seperti Inggris, Italia, Perancis, dan Jerman. Pandangan sosialis-utopis mendambakan sebuah masyarakat sosialis yang ideal. Untuk mewujudkan masyarakat seperti itu, yaitu masyarakat bebas dari penindasan kaum borjuis, Marx mengatakan bahwa dibutuhkan suatu usaha. Usaha ini diterjemahkan Lenin sebagai gerakan revolusioner.
Pendidikan, menurut Marx (Marxisme), adalah salah satu cara untuk mengembalikan kemanusiaan setiap manusia. Oleh karena itu, setiap orang (dari kaum proletar) barhak untuk bersekolah dengan pendidikan yang sama bagi semua gender, kelas sosial, dan umur. Peserta didik mesti dididik oleh pendidik yang berkompeten di bidangnya.
Beberapa pandangan Marxisme yang sesuai dengan Alkitab, misalnya dalam hal pendidik, peserta didik, metode, dan hasil akhir. Namun, banyak juga yang tidak sesuai karena tujuan dan titik berangkat sudah tidak sama. Alkitab melihat manusia secara keseluruhan dan pusat pendidikan mengarah pada Allah tetapi Marxisme hanya memperhatikan sekelompok orang, kaum proletar, di mana manusia sebagai pusatnya.
Dalam rangka mencapai tujuan bangsa Indonesia, sebagaimana yang termaktub di dalam Pembukaan dan batang tubuh UUD 1945, banyak hal dari pemikiran Marx yang dapat diterapkan dalam dunia pendidikan. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia, seharusnya pemerintah Indonesia konsisten dengan rumusan UUD 1945 pasal 31 untuk memberikan pendidikan seluas-luasnya bagi seluruh masyarakat Indonesia. Pola pendidikan kapitalis, di mana pendidikan hanya untuk orang berduit, sudah saatnya untuk dihilangkan dari bumi pertiwi, termasuk di dalamnya menjadikan kampus sebagai lembaga mengejar untung melalui Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (UU BHP). Jika tidak demikian, pendidikan menjadi tetap menjadi eksklusif.




























DAFTAR REFERENSI BACAAN

Freire, Paulo. 2007. Politik Pendidikan; Kebudayaan, Kekuasaan dan Pembebasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Giddens, Anthony. 1986. Capitalism and Modern Social Theory; an Analysis of Writing of Marx, Durkheim and Max Weber. Jakarta: UI Press

Naomi, Intam Omi. 1998. Menggugat Pendidikan; Fundamentalis, Konservatif, Liberal, Anarkhis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

O’Neil, F William. 2008. Ideologi – Ideologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ritzer, George., & Goodman, J Douglas. 2004. Sociological Theory; Karl Marx and Varieties of Neo-Marxian Theory. New York : McGraw-Hill

Soyomukti, Nurani. 2010. Teori – Teori Pendidikan; Tradisional, Neo Liberal, Marxis-Sosialis, dan Postmodern. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA

Suar Suroso dalam jurnalnya yang berjudul “ANTI TEORI PERJUANGAN KLAS DI DUNIA” (Serial_Berkenalan_Maarxisme_(16).pdf



0 komentar:

Posting Komentar